December 12, 2011

Rapor Merah Weby

“Sudahlah Fien!!” bentak Raja. Weby dan Raja tidak percaya apa yg baru saja terucap dan terdengar di ponsel BB nya masing-masing. Seketika Weby meminta Raja mengulang apa yg baru saja di ucapnya. “Kamu panggil siapa aku barusan?” suara Weby tergetar shocked. Raja hanya diam dan mencoba menyadari kesalahannya, namun semakin Raja yakin ucapannya salah semakin menambah kemarahannya yg entah ditujukan kepada siapa sekarang. “Gak penting membahas dia sekarang!! Aku sendiri gak tau kenapa panggil itu!” teriaknya putus asa.

Akhirnya terhenti juga pertengkaran yang sudah berlangsung on-off 2 hari itu. Weby menutup ponsel dan menangis perih, tdk pernah dibayangkan sebelumnya rasa sakit seperti itu.

Entah berapa lama Weby menutupi tangisnya dibalik bantal basah, ia mengambil termometer digital utk mengukur suhunya. Ia mendesah ketika membaca hasil 39,31 derajat celcius, “Pls not now, God...” doanya. Dengan gontai ia ke meja samping tempat tidur mengambil paracetamol, meminumnya dan merobek pembungkus kompres bye bye fever. Dipasangkan kertas dingin itu di dahinya sambil kembali berbaring, berharap dapat menenangkan diri namun pikirannya tetap ke kalimat Raja. Terngiang-ngiang dengan jelas suara Raja memanggil Weby dengan nama mantan istrinya. Sesaat Weby melirik lampu BB nya, berharap ada pesan singkat permintaan maaf dari Raja akan kesalahan yg dilakukannya. Tidak berkelip. Dan dengan segera, predikat lelaki terkejam pun telah menambah predikat jahat Raja lainnya di otak Weby 2 hari ini.

Weby mencoba menganalisa mengapa Raja bisa sekejam itu, otaknya berputar keras, tidak satupun gambaran sejarah kelam Raja yang tidak Weby ketahui. Weby mengenal masa lalu Raja seakan Weby adalah diri Raja sendiri. Weby pernah mengalaminya juga, persis. Terlalu persis. Itulah yang membuat Weby dan Raja dekat dan saling membutuhkan. Miripnya masa lalu yang kelam.

Raja sangat membenci Fien, teramat sangat Fien menyakiti Raja berulang-ulang. Satu hal yg Weby yakin, jika Raja bisa dengan tidak sengaja memanggilnya Fien, dikarenakan Fien lah yang sedang ada di pikiran Raja saat itu. Kenapa Fien bisa saat itu hadir dikepala Raja?, karena Weby tengah melakukan apa yang biasanya selalu Fien lakukan terhadap Raja. Yah... itu dia alasannya. Weby sedang melakukan hal yang dibenci Raja, dan membangkitkan ingatan Raja secara refleks ke masa lalu. Memori Raja tertukar akibat dipaksa merasakan lagi masa kelamnya. Teriakan Weby sama dengan teriakan Fien. Weby boleh marah dan sakit hati jika Raja salah memanggilnya dengan sebutan Fien pada saat Raja sedang tidak marah dan putus asa. Weby bahkan harus marah jika Raja memang memanggilnya Fien saat Raja sedang memeluk Weby dengan sayang. Karena berarti Fien lah yg diharapkan Raja ada dipelukannya. Tapi Raja memanggilnya Fien saat Raja sangat marah dan lelah karena pertengkaran. Fien lah yg selalu membuat Raja marah, bukan Weby.

Weby merasakan sakit hatinya berubah wujud, menjadi rasa penyesalan yang dalam. Bukan menyesal telah membuat Raja mengingat masa kelamnya, bukan itu. Weby menyesali bahwa ia telah menjelma menjadi wanita yang dibenci Raja, yang Weby sendiri selalu memberikan nasehat-nasehat sok bijak kepada Raja mengenai wanita yg dibenci nya itu. Weby terkulai semakin lemas. Malu sekali mendapatkan dirinya menjelma menjadi Fien kedua dan tidak mampu menjadi wanita baru bagi hidup Raja yg pernah ia janjikan. Ia sama saja dengan Fien. Mengecewakan Raja.

Harapannya berdua Raja untuk menjadi pasangan terbaik dan saling menjaga agar masing-masing tidak lagi merasakan pedihnya masa lalu, sirna sudah. Hanya karena keegoisan utk memaksa Raja memberikan perasaan ‘instant secure’ yang sesuai versi Weby. Membuat Weby akhirnya menghasilkan pertengkaran, kepedihan dan perpisahan. Weby merasa kalah, seperti seorang siswa yg tidak lulus sekolah. Rapor nya merah. Dia merasa seperti pecundang bodoh.

Menyadari ia pun masih sangat menyayangi dan membutuhkan Raja yang selama ini tidak pernah membiarkan Weby tergores luka sedikitpun. Weby berusaha berfikir jernih. Ia tidak ingin hatinya terperosok dan fisiknya semakin merosot sakit, weby merasa harus melakukan sesuatu untuk memulihkan dirinya. Untuk memperbaiki rapornya. Bukannya melakukan hal yang biasa wanita lain lakukan bila mendengar pasangannya memanggil nama yang salah, Weby lupakan sakit hati, berhenti menangis sampai mati, tidak akan menyiksa diri sendiri dengan lagu-lagu menyayat. Ada yang lebih penting dari semua kegiatan itu. Weby segera mengambil ponsel dan menulis surat untuk Raja.

------
Dear Raja,

Aku minta maaf 2 hari ini telah memaksa mu jd lelaki terkejam yg pernah kukenal. Semua ternyata salahku. Aku menjelma jadi sosok yg kamu benci.
Maafkan aku tdk cukup kuat mengontrol emosi dan memancing kamu hingga kamu tdk sengaja menyakiti aku.
Temani aku bangkit dari kekalahan mempertahankan kebahagiaan kita yg msh lebih besar dr kesedihan yg kita alami.

Raja, tolong jangan pisahkan aku dulu dari kmu. Aku masih ingin belajar. Kita coba lagi sampai titik penghabisan. Kasih aku kesempatan utk selalu menyayangimu dan tdk memikirkan hal lain selain itu.

Kita berhenti sebentar dari pembahasan masa lalu dan masa depan. Kita nikmati saat ini dgn sesungguh2nya.
Apakah kamu bersedia menerima maafku? Aku gak boleh sakit saat ini, aku butuh sehat. Karena anak kita butuh aku.

Aku janji tdk akan ada lg permintaan ini. Krn aku tdk akan melakukan hal yg sama.

*love,
Weby
------

Tidak pernah Weby menangis menulis surat selain saat ia menulis surat utk Ibunya 11 tahun yang lalu, ia menangis menulis surat memohon agar ibunya tidak pergi meninggalkan Weby dan adik-adiknya. Kali ini ia menulis dan menangis takut, takut Rapor merah Weby memisahkannya dari Raja. Pria yang sudah dipilihnya untuk berada disamping Weby suatu saat Weby menemui ajalnya nanti.

No comments: