November 20, 2012

Mata Terbuka, Hati Tertutup

Belajar, salah satu nature manusia yang tidak pernah berkesudahan. Til we die.

Banyak sekali materi pembelajaran yang ada disekeliling, baik yang menyentuh langsung diri kita ataupun pengalaman yang dialami manusia lain.

Peka. Itu saja modalnya. Peka pun perlu belajar dan latihan yang tidak gampang and tidak bisa langsung advance. Peka pun harus bisa atur kadar nya, tidak kelebihan dan tidak kekurangan. Harus bisa milih, yang mana layak dipekain dan yang mana cukup saja (hadehh, bayanginnya aja ribet).

Tapi ternyata manfaat nya banyak banget loh dengan jadi 'sensitive expertise'. Kalau saja kita mau peka, kita dapat hadiah lebih 'dewasa' dibanding orang tua krn usia, atau bisa lebih 'cerdas' dari orang pintar yang makan bangku sekolahan.

Coba saja ambil dan baca 5 buku biografi orang-orang sukses di jagad ini, umumya mereka tidak 'dewasa' karena umur melainkan karena kaya pengalaman hidup. Dan mereka tidak 'cerdas' hanya karena bersekolah tinggi saja dibangku formal melainkan peka menyerap ilmu diluar sekolah. Belajar menjadi dewasa dan cerdas (a.k.a. bijaksana), berkat ilmu yang didapat dari kepekaan mereka terhadap apa saja yang terjadi di dekat mereka.

Level tertinggi manusia yang sensitive expertise adalah orang-orang yang seakan selalu lantang berkata dalam hatinya 'Come on, gimme another life lessons! So I can give this universe my other contributions, even only with quotes'. Dalam arti lain, mereka di level ini adalah orang-orang yang menunggu bahkan bersorak setiap ada tantangan hidup baru. Bukan malah tidak perduli, apalagi ngibrit menghindar.

Kepekaan diri juga tidak dicari dan dilatih di kampus-kampus elit, di perusahaan-perusahaan top yang sudah establish. Kepekaan diri dicari di lingkungan tidak nyaman (non comfort zone), di arena pesakitan, dan di ranah yang keras.

Beruntung orang-orang yang dilahirkan di keluarga berantakan atau broken home, beruntung mereka yang kebetulan menderita karena 'given'. Beruntung karena apa? Karena mereka diberi bekal ilmu melatih diri tanpa perlu mencari atau membayar SPP dari dikaruniai nya ilmu hidup yang dikasih Tuhan itu. Siapa sih bayi yang minta dilahirin di keluarga berantakan? Siapa juga yang minta di karuniai indera yang tidak lengkap alias cacat? Tapi apa karena alasan itu terus boleh dan wajar tumbuh jadi anak yang bermasalah, allowed to be drunk or drugs addict misalnya. Atau wajar jadi manusia yang memilih untuk tidak berprestasi dan dikasihani manusia lain yang lebih lengkap indera nya? Memangnya happy dilabelin 'wajar' sama masyarakat karena jadi 'sampah' nya bumi? Manusia-manusia sukses di buku biografi top, silahkan ditanya langsung aja. Mereka pasti jawab those questions dengan 'sorry ya, tidak lahir dari keluarga harmonis dan tidak lahir dengan fisik lengkap bukan berarti kita tidak bisa lebih dari manusia lainnya. We are the chosen, indeed'.

Balik lagi ke topik, belajar peka memang tidak mudah. Manalagi tuntutan zaman bikin fokus ke bagaimana hidup nyaman secara instan lagi, ckckck berat ngelawannya. Banyak calon dokter rela bayar mahal supaya praktek kerjanya tidak harus di daerah terpencil, banyak PNS-PNS baru yang juga bayar mahal supaya ditempatkan di kota-kota besar. Judulnya tidak mau susah deh, alias tidak penting buat mereka belajar peka. Ujung-ujungnya bukan berfikir bagaimana kasih kontribusi untuk lingkungan atau negara, how to marking this life and answering the question why we were born, tapi malah berfikir bagaimana caranya saya balik modal karena sudah keluar duit pas minta penempatan kerja yang kemarin itu. Bukannya kasih kontribusi dalam hidup malah jadinya 'nilep' uang rakyat atau nilep uang pasien dengan ngakalin penyakit yang sebenernya tidak perlu peralatan canggih dan over treatment. Pembodohan dengan memanfaatkan ilmu-ilmu formal. 'Mata terbuka, hati tertutup'.

Mata terbuka, hati tertutup itu diartikan berbeda-beda setiap individu. Saya sendiri mengartikan dari sisi keluarga misalnya ; adalah hubungan orangtua yang dekat dengan orang lain namun 'jauh' dengan anak sendiri. Hati tertutup biasanya karena ego berperan. Banyak kisah sinetron yang bercerita hubungan anak dan orangtua yang baru harmonis bertahun-tahun perang dingin atau bahkan berbaikan setelah salah satunya sudah diujung kematian. Ego seharusnya bisa ditekan dari awal konflik terjadi dengan belajar peka, sehingga tidak perlu menunggu sampai ajal barulah ego tersingkirkan. Belajar peka dapat melatih menyingkirkan ego yang tidak perlu. Orang yang tidak peka akan mudah disetir oleh ego. Tanpa melihat lagi tujuan kenapa kita itu ada dan dilahirkan didunia ini, ego merampas dan mengambil alih kendali otak dan pikiran kita. Sampai akhirnya kita hanya bisa berkata di penghujung nafas dengan penuh penyesalan "Maafkan sayang, hati saya ternyata tertutup selama ini". Kita meninggalkan dunia, tanpa bisa menikmati hidup berkeluarga, dan tanpa memberikan jejak besar bagi sekecil-kecilnya kehidupan.

What I'm trying to say here is, bahwa belajar peka sejak dini akan mengarahkan kita untuk tidak hanya belajar membuka mata saja, melainkan juga belajar membuka hati terhadap persoalan hidup yang akan selalu ada, yang tentu pada saat akhirnya 'naik kelas' akan menghantarkan kita menjadi seorang siswa yang belajar dari guru bernama 'persoalan'. Titel kelulusan yang didapat adalah M3, yaitu Manusia yang bermanfaat bagi manusia lain (Mmm). Bermanfaat terutama bagi sekumpulan manusia terdekat bernama; KELUARGA.
Mereka adalah orang-orang yang paling layak menerima hati kita, bukan ego kita.

Belajar peka, terbuka mata, terbuka hati.
Hadiah dunia akan menghampiri.

---

Penulis : calon sensitive expertise yang masih belajar berperang melawan negative ego.

Aneth Purbasari, Mmm. Wanna be ;P

November 6, 2012

Kekerasan Ideologi Patriarki di Ranah Bali

http://www.balisruti.or.id/kekerasan-ideologi-patriarki-pada-perempuan-bali.html


Karakter perempuan Bali sering digambarkan secara strereotif, sebagai figur manusia ber-etos kerja tinggi, ulet, mandiri, dan memiliki bakti yang tinggi pada keluarga. Tidak ada masalah bagi perempuan Bali untuk mengembangkan diri sebagai seorang profesional di bidang karir yang digelutinya dan didedikasikan untuk keluarga.
Perempuan memainkan lakon yang multidimensi dan multijender. Perempuan berperan sekaligus sebagai pekerja, anggota keluarga dan anggota sosial, serta sebagai penyelenggara praktik keagamaan.  Hampir bisa dipastikan, praktik agama  Hindu adat Bali digerakkan oleh mayoritas kaum perempuan.  Namun seringkali beban berat yang disandang sebagian besar kaum perempuan Bali ini tidak sepadan dengan hak-hak yang mereka dapatkan.
Fenomena ini memunculkan pertanyaan, seperti apa ideologi patriarki bekerja dalam keluarga Hindu adat Bali? Bukankan secara kultural perempuan Bali relatif memiliki kemandirian dan kebebasan untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan, lalu apa yang menyebabkan kemandirian ini justru secara paradoksal tidak menyentuh rasa keadilan terhadap hak-hak hidup kaum perempuan Bali?  Hak-hak mana yang telah tercerabut dari diri kaum perempuan Bali?
Purusa, Sang Pewaris Dalam Keluarga Hindu Adat Bali
Dalam realitas, sebagian besar keluarga, apalagi yang beragama Hindu adat Bali, berharap memiliki anak laki-laki. Jika kita bertanya lebih lanjut, untuk apa memiliki anak lelaki? Maka para orang tua akan menjawab, untuk dijadikan purusa, pewaris, pelanjut garis silsilah atau garis keturunan. Atau, untuk menggantikan posisi mereka sebagai anggota komunitas (banjar) jika mereka tua. Lagi pula, menurut mereka, sangkep atau rapat di banjar biasanya menghadirkan para kepala keluarga yang berjenis kelamin laki-laki.
Padahal, faktanya, dalam  relasi sosial di level komunitas, banjar mengakui warganya yang berstatus  menikah terdiri dari ‘warga lanang’ (kelompok laki-laki, atau kepala keluarga)  dan ‘warga istri’ (kelompok perempuan). Sementara, anggota yang belum menikah dimasukkan dalam sekaa teruna teruni (karang taruna). Hanya saja, peran politik laki-laki dan perempuan di banjar memang berbeda.
Kelompok laki-laki mengambil peran dalam pembuatan keputusan politik yang kemudian dilaksanakan oleh anggota banjar. Sedangkan peran perempuan lebih banyak mengambil porsi sebagai pelaksana kegiatan. Kalaupun kelompok perempuan mengadakan rapat, itu pun ditujukan sebagai perpanjangan tangan perintah untuk melaksanakan agenda yang diputuskan oleh pihak penguasa atau pemerintah, seperti posyandu, senam, dan arisan PKK.
Anak lelaki mendapat keistimewaan (privilege) dalam keluarga adat Bali khususnya dalam pewarisan konon karena kapasitas-kapasitas yang dijalani di dalam relasi keluarga dan sosialnya. Peran lelaki Bali dalam adat  menjadi penting dalam kapasitasnya, seperti mengadakan ‘sangkep’, yaitu rapat dalam kelompoknya, menentukan seorang pemimpin, pelaksana pemilu di banjar, membuat keputusan jadwal ritual dan adat keagamaan, ‘mébat’ membuat ragam kuliner untuk pesta sebagai bagian ritual upacara, ‘megambel’ bermain musik, menyelenggarakan kremasi bagi keluarga yang meninggal dan ‘negen wadah’ yaitu memanggul jenasah  keluarga dan warga pada saat kematian.
Sesungguhnya, hampir semua peran ini dapat dilakukan perempuan. Termasuk megambel untuk perlombaan antarbanjar juga melibatkan peran perempuan.  Sesungguhnya, ini menjadi beban bagi perempuan karena mengambil waktu tambahan (biasanya dilakukan pukul 8-11 malam). Dan, ketidakhadiran mereka dalam mendukung program penguasa banjar atau pemerintah ini dapat dikenakan ‘dosa’ atau denda oleh pengelola kegiatan. Kecuali peran yang terakhir, mungkin akan dicarikan solusinya.
Jika pertanyaan makin meluas, lantas akan diapakan anak perempuan yang lahir dalam keluarga mereka? Paling banter jawaban yang memuaskan: anak perempuan itu akan dijadikan ‘bungan natah’ alias ‘kembang di halaman rumah’. Konotasi ini bisa bermakna ganda, anak perempuan semata-mata sebagai aksesoris atau pelengkap, jenis mahluk berkelamin perempuan yang terberi dalam keluarga. Atau perempuan itu dipersiapkan sebagai sang penjaga tradisi dan ritual adat istiadat dengan segala konsekuensinya.
Sang Bungan Natah inilah yang diharapkan melayani kepentingan keluarga dan kaum purusa di rumah-rumah mereka. Perempuan Bali diberikan kesempatan belajar dan bekerja  semata-mata ditujukan untuk melayani kepentingan para purusa. Hasil kerja mereka pun digiring untuk memenuhi kepentingan keluarga. Sehingga meskipun perempuan Bali muncul sebagai pekerja keras, sebagian besar dari mereka tetaplah kelompok yang tak berdaya dan dimiskinkan secara politis. “Sayang-sayang kendang” merupakan ekspresi untuk menyatakan keberadaan perempuan Bali. Dipuji karena kemampuan kerjanya yang luar biasa namun miskin penghargaan karena kurang dihargai hasil kerjanya. Inilah ironi yang dialami sebagian besar perempuan Bali.
Pradana yang tidak Sempurna
Perempuan sering disimbolkan sebagai pradana atau feminitas (lembut, memelihara). Perempuan Bali dituntut menjadi figur pradana yang sempurna. Perempuan diakui keberadaannya ketika ia mampu menjadi seorang istri, ibu yang melahirkan anak laki-laki. Jika ia tidak bisa melakukan kedua hal ini, maka prestasi dan kontribusinya dalam keluarga dan sosial tidak akan  mendapat penghargaan yang pantas.
Ada tiga katagori perempuan yang dianggap tidak sempurna di Bali, yakni, satu, perempuan yang tidak menikah, kedua, yang tidak punya keturunan, dan ketiga, yang tidak memiliki keturunan laki-laki.
Perempuan yang tidak menikah diejek ‘daha tua’ atau perawan tua. Keberadaan mereka menjadi menarik karena sering sekali ketika perempuan ini masih berusia muda, eksistensinya cenderung dipertahankan dalam keluarga. Kemampuannya secara finansial dibutuhkan untuk mendukung ekonomi keluarga. Sayangnya, ketika beranjak tua dan tidak memiliki ‘sekaya’ atau harta benda, anggota keluarga akan mencoba menyingkirkannya karena menganggapnya sebagai beban keluarga. Kekerasan dalam ranah keluarga seperti ini seringkali ditutup-tutupi dengan membawa para daha tua ke panti-panti jompo di usia senja. Beberapa dari para daha tua ini ada juga yang dipertahankan di rumah jika sang perempuan ini dinilai cukup kuat secara finansial. Kelak jika dia mati,  hartanya bisa dinikmati oleh anggota keluarga lainnya.
Kedua, perempuan yang menikah tetapi tidak memiliki anak, juga tidak sempurna. Ia disebut baki (wandu), Sang Mandul. Padahal dalam kekinian, kemandulan tidak melulu dikarenakan masalah dari perempuan, lelaki juga bisa mandul. Tetapi siapa yang perduli? Jika suaminya meninggal lebih dahulu, keluarga sang suami  akan berusaha menyingkirkan mereka dengan berbagai strategi.
Strategi pertama adalah dengan mengembalikan si perempuan kembali ke rumah asalnya dengan istilah ”mulih bajang”. Atau,  dengan cara bermartabat yakni, membawa perempuan itu ke ‘lingkungan yang lebih baik’ seperti ke panti jompo. Strategi ini dilakukan untuk mengurangi beban ekonomi dan tanggung jawab,  juga untuk mengalihkan kepemilikan atau warisan (dari perkawinannya) dari tangan  perempuan ini  kepada pihak-pihak keluarga suami secara samar tetapi pasti.
Perempuan yang menikah, punya anak tetapi tidak melahirkan anak lelaki maka ia juga dituding tidak sempurna. Perempuan yang ‘hanya’ memiliki anak perempuan di Bali tidak jarang mendapat tekanan dari keluarga dan lingkungan sosial untuk melahirkan bayi laki-laki. Rahimnya dijadikan mesin pencetak bayi laki-laki. Namun jika mesin itu ‘gagal’ memproduksi laki-laki, maka para orang tua cenderung untuk menekan anak perempuannya untuk mencari sentana ketika anak gadisnya beranjak dewasa.
Orang tua ini akan melakukan tekanan-tekanan psikologis kepada para gadis di rumah mereka untuk mencari suami yang bersedia di-‘adopsi’, atau sentana. Mencari sentana juga menyesuaikan dengan status sosial keluarga dan ini tidak mudah. Terlebih, jika mereka dari keluarga yang berkasta harus mencari seorang lelaki yang berderajat setara.
Anak perempuannya hendak dikawinkan dengan lelaki yang mau menikah dengan cara  Nyentana agar mereka bisa diterima sebagai keluarga yang sempurna. Sehingga, anak perempuannya secara adat bisa sah  menjadi ‘trans-jender’  beralih peranan menjadi  ‘lelaki, purusa’, menggantikan ayahnya  dan  suaminya yang berubah status menjadi ‘perempuan’ di rumah itu.  Dengan demikian, eksistensi keluarga perempuan tetap dapat dipertahankan  dalam silsilah keluarganya.
Tekanan ini kerap mengabaikan hak-hak anak untuk membuat keputusan atau menentukan sendiri pilihan hidupnya. Dalam usia yang sangat remaja  Sang Anak memendam persoalan psikologis untuk mencari bakal suami seperti yang diharapkan orang tuanya. Jika mereka tidak mampu, maka niscaya keluarga lain seperti sepupu dan paman-paman mereka akan melakukan ekspansi kekuasaan untuk mengambil-alih pewarisan.
Anak gadis yang merasa tidak mampu mencari sentana ada yang nekat menikah tanpa izin keluarga, atau kawin lari. Atau, nekat married by accident  (hamil sebelum menikah) agar mereka bisa hidup bersama dengan orang yang mereka cintai. Dan, ada juga yang menempuh cara fatalistik dengan selibat, tidak menikah untuk menjaga perasaan orang tua dan identitas keluarga dalam komunitas keluarga dan sosial. Inilah bentuk pengorbanan dan sekaligus bakti anak kepada orang tua.
Intervensi ideologi patriarki merasuk terlalu jauh dalam ranah privat. Ideologi patriarki bekerja dengan melakukan tekanan sosial. Mereka tidak saja menekan perempuan tetapi juga menekan lelaki feminis yang berpihak pada perempuan. Lelaki yang nyentana bisa jadi mendapat tekanan sosial karena perubahan status jender menjadi ‘perempuan’ dianggap rendah oleh keluarganya sendiri atau oleh lingkungannya yang baru.
Tampaknya konsep ini telah terdistorsi begitu jauh. Wacana transjender ini sesungguhnya tidak ada. Lelaki yang menikah dengan cara Nyentana sesungguhnya menjalankan kewajibannya sebagai kepala keluarga sama seperti keluarga lainnya. Hanya saja kewajiban itu tidak dilaksanakan di rumah keluarga batihnya, melainkan dilakukan pada keluarga istrinya. Lelaki inilah yang mewakili istrinya sebagai kepala keluarga dan menggunakan haknya  di lingkungan di mana mereka tinggal.
Jika kemudian lelaki nyentana dilabelkan sebagai ‘perempuan’, atau di-istilahkan dengan ‘paid bangkung’  (diseret oleh babi betina)  merupakan konotasi yang merendahkan yang ditujukan untuk pihak suami dan keluarganya, sesungguhnya ini bersifat politis. Asumsinya,  pelabelan ini ditujukan untuk membatasi ruang gerak perempuan yang tidak memiliki saudara laki-laki agar pewarisan bisa diambil alih oleh pihak-pihak dari keluarga lain dalam klan mereka. Dan untuk membatasi keluarga lain dari klan, etnik yang berbeda untuk masuk dalam sistem pewarisan  dalam sistem kekerabatan pihak perempuan.
Fatalnya, tidak jarang para suami yang melewati perkawinan dengan sistem nyentana ini terjebak pada wacana macho-isme, persoalan harga diri yang ditebar lingkungannya dan tidak jarang mempengaruhi relasi mereka dengan pihak keluarga istrinya. Pertengkaran hingga berbagai ragam kekerasan dalam rumah tangga bisa muncul begitu saja.
Sebaliknya, ada juga karakter ekstrem lelaki yang nyentana ini justru menunjukkan ‘kekuasaan’. Di tempat barunya, ia bertindak sebagai penindas baru bagi istri dan keluarganya. Lelaki ini cenderung bertingkah apatis misalnya,  memilih untuk tidak bekerja, tidak melakukan apa pun dan menjadikan semua itu sebagai kewajiban istri dan keluarga barunya.
Ia memperlakukan  perkawinannya  sebagai pertukaran simbolik. Pertukaran bagi keajegan eksistensi keluarga perempuan dengan jaminan sosial bagi dirinya. Anak perempuan atau istri dari perkawinan ini mengalami kekerasan rangkap tiga. Pertama karena ia berjenis kelamin perempuan, kemudian ia mengalami tekanan keluarga dan tekanan sosial, dan terakhir kekerasan rumah tangga dari suami sendiri.
Padahal, dalam hukum adat Bali, persoalan carut marut perkawinan “nyentana” telah memiliki solusi dengan sistem pernikahan ‘Pade Gelahang’. Pihak keluarga lelaki dan pihak keluarga perempuan tidak perlu merasa kedudukan mereka lebih rendah satu dari yang lainnya. Pernikahan ini dirasakan lebih demokrastis, mengakui tanggung jawab dan hak anak yang sama dalam keluarga.
Namun, dalam praktik sosial sekali lagi, hukum seperti ini mengalami pergulatan di tengah ideologi yang mengaburkan  eksistensi kesetaraan kedudukan perempuan dalam hukum adat Bali. Sementara pihak suami dan istri telah mencapai jalan tengah resolusi demokratis, justru keberadaan ini diperdebatkan oleh orang-orang yang ingin mempertahankan gaya machoisme-nya.
Akar dan Resolusi
Sesungguhnya, konsep purusa dan pradana dalam tataran wacana simbolik di Bali diakui dan ditempatkan secara adiluhung sebagai sifat kesimbangan hidup. Purusa dan pradana sepadan dengan yin dan yang, langit dan bumi, lelaki dan perempuan. Dualitas ini sesungguhnya ada untuk saling mengisi dan melengkapi, ditujukan untuk mencapai harmoni hidup.
Namun dalam praktiknya, konsep purusa telah terdistorsi, semata-mata sebagai hak pewarisan bagi kaum laki-laki tanpa disertai penjelasan mengenai tanggung jawabnya bagi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.  Purusa atau maskulinitas (tegar, melindungi) ditafsir secara ngawur menjadi macho-isme (kasar, brutal) sebagai ajang unjuk kekuatan perebutan wilayah dan harta warisan. Siapa yang kuat itu yang berkuasa sebagaimana ideologi selalu melayani kepentingan kelompok dominan. Wacana keistimewaan pada anak lelaki didalihkan  sebagai akibat  tanggung jawabnya yang dominan dalam menjalankan adat istiadat keluarga, dan komunitas mereka.  Padahal ini tidak sepenuhnya benar. Perempuan pun dalam praktik sosialnya melakukan hal yang sama.
Justru, peran perempuan Bali sangatlah besar dalam menjalankan roda keagamaan, memelihara adat istiadat Bali dari level keluarga hingga relasi sosial sangat besar.  Hampir bisa dikatakan Agama Hindu adat Bali adalah agama yang bersifat sangat feminis. Praktik keagamaan dan ritual dikaryakan dengan melibatkan kerja-bakti kaum perempuan Bali. Tidak jarang segi finansial dari penyelenggaraan ritual adat juga berasal dari kantong pundi-pundi perempuan.
Pada tataran praksis, hak-hak perempuan tercerabuti oleh praktik ideologi patriarki yang men-subordinasi eksistensi perempuan justru dalam rumah-rumah tangga mereka. Ideologi ini bekerja dengan modus penipuan (dissimulation) dimana keberadaan perempuan seperti di-ingkari. Selain itu, eksistensi dan hak-hak  perempuan dikaburkan atau disembunyikan melalui wacana praktik mengatasnamakan adat. Eksistensi perempuan dimarjinalisasi dalam permainan kepentingan politik keluarga dalam konteks pengambilan keputusan dan keadilan distribusi hak hidup bagi mereka. Basis materialisme yang merambah pemikiran masyarakat telah menjadikan pertarungan kata beralih pada ekspansi kekuasaan dan perebutan warisan.
Meskipun konon hukum adat Bali mengatur tentang pewarisan bagi kaum perempuannya, tetapi seringkali dalam praktiknya, distribusi hak itu tidak sampai di tangan perempuan. Resolusi untuk persoalan ini membutuhkan penguatan advokasi hukum. Penguatan ini dibutuhkan keluarga yang cemas karena tidak memiliki anak lelaki dan bagi anak perempuan yang ingin mengenal hak-hak sipilnya khususnya dalam masyarakat adat Bali.
Selain itu, hidup secara mandiri dan ketegasan sikap dari keluarga batih diperlukan untuk melindungi privasi dan  properti keluarga mereka. Di masa depan, stereotip negatif tentang nyentana tidak akan menjadi persoalan lagi, ketika keluarga-keluarga Bali  yang baru, berani keluar dari ketergantungannya dengan ikatan keluarga. Penguatan kesadaran tentang hak-hak mereka ditujukan untuk mempertegas kesetaraan peranan jender dalam ranah keluarga demi rasa keadilan dan kesejahteraan hidup bersama.


Source : Mahasiswa S3 Kajian Budaya UNUD-Bali

November 5, 2012

OUT OF DARKNES COMES LIGHT * HABIS GELAP TERBITLAH TERANG


From: Kadek Purnami [mailto:kadek.purnami@ubudwritersfestival.com]
Sent: Tuesday, October 30, 2012 2:41 PM
To: Syahneth Purbasari
Subject: Seleksi Penulis Ubud Writers & Readers Festival 2013

Kepada Yth,
Penulis Indonesia

Ubud Writers & Readers Festival akan kembali diselenggarakan pada tanggal 2-6 Oktober 2013 di Ubud Bali.
Kami mengundang penulis di seluruh Indonesia untuk dapat berpartisipasi dalam seleksi yang kami selenggarakan dari tanggal 1 November 2012 – 30 Januari 2013.
Mohon bantuan dari kawan-kawan penulis untuk dapat membantu menyebarkan informasi seleksi dibawah ini yang juga terlampir dalam bentuk file.

Atas bantuan dan partisipasi dari kawan-kawan semua, kami haturkan banyak terima kasih.

Salam,
Kadek PurnamiCommunity Development Manager
P : +62 361 7808932
F : +62 361 977408
M: 081 23 871 871
E :kadek.purnami@ubudwritersfestival.com
W:
www.ubudwritersfestival.com

2- 6 October 2013
Tema : Habis Gelap Terbitlah Terang 
_____________________________________







Undangan Berpartisipasi Dalam Ubud Writers & Readers Festival ( UWRF) 2013

Pecinta sastra Indonesia,

Ubud Writers & Readers Festival kembali membuka seleksi karya untuk festival 2-6 Oktober  2013.

UWRF akan memilih 15 penulis emerging Indonesia yang kehadiran serta partisipasinya di festival akan didanai oleh UWRF dan lembaga funding mitra Hivos.

Pemilihan akan didasari pada sejumlah kriteria, termasuk kualitas karya, prestasi dan konsistensi dalam berkarya, serta dedikasi pada pengembangan kesusastraan Indonesia.
Seleksi dilakukan oleh Dewan Kurator yang beranggotakan penulis-penulis senior Indonesia.

Kegiatan festival meliputi: Panel Diskusi, pembacaan karya, lokakarya, peluncuran buku, pementasan seni, serta beberapa acara satellite yang diadakan di beberapa kota di Indonesia.

Bila Anda adalah penulis Indonesia, atau mengenal penulis yang Anda anggap layak, layangkan pendaftaran sesuai syarat dan ketentuan di bawah ini:
  • Penulis adalah warga negara Indonesia ( menyertakan fotokopi KTP)
  • Menulis karya sastra, baik berupa puisi, prosa ( cerpen, novel atau novelet), naskah drama maupun karya non- fiksi.
  • Karya dapat berupa buku, kumpulan naskah yang belum ataupun sudah pernah diterbitkan di media massa.
  • Penulis yang sudah menerbitkan buku silahkan mengirimkan beberapa buku karyanya.
  • Bagi penulis yang belum menerbitkan buku dipersilahkan mengirimkan 30 karya puisi terbaik atau 8 karya cerpen terbaik, atau 5 karya essai, atau 3 naskah drama dengan dijilid.
  • Karya dapat juga dikirimkan melalui email dan panitia akan meminta hardcopy jika diperlukan.
  • Sertakan biodata diri, nomor kontak / HP dan alamat email dengan jelas. Silahkan melampirkan tentang aktivitas sastra dan keterlibatan dalam komunitas yang diikuti. Apabila anda menggunakan nama pena, mohon sertakan juga nama lengkap yang asli.
  • Koresponden dan pengumuman seleski akan dilakukan melalui Email.

Kirim ke sekretariat panitia UWRF paling lambat tanggal 30 Januari 2013  (cap pos). Pengumuman 15 penulis yang terpilih akan di umumkan pada akhir Mei 2013.

Pengiriman Aplikasi ditujukan kepada :

Kadek Purnami- Ubud Writers & Readers Festival
Jl. Raya Sanggingan Ubud - Indus Restaurant. PO Box 181, Ubud Bali 80571. Telp : 0361-7808932

*Bagi penulis dari luar Bali yang terpilih, Panitia akan menanggung biaya  transportasi (penerbangan) dan akomodasi selama berlangsungnya acara dari tanggal 1-7 Oktober 2013.

Ubud Writers & Readers Festival , 2 - 6 OCTOBER 2013
OUT OF DARKNES COMES LIGHT | HABIS GELAP TERBITLAH TERANG

October 29, 2012

Surga yang ber'Neraka'


Pernah dia meneropong surga dunia itu
Dia temukan sekantung jantung
Melihat pepohonan asri
Guru-guru pendamai hati

Memberi harap pada pikiran kosong
Masa depan indah
Jawaban dari doa-doanya.

Bergerak dia menuju surga itu
Mendaftar sebagai penghuni dengan hati-hati,
Tuk raih harapan yang dilihatnya dari jauh
Damai ... Damai ... Damai ...

Namun,
Dalam jarak dekat,
Surga itu mewujud beda
Sang jantung ternyata berlubang pada arterinya
Pepohonan pun terbakar api amarah
Guru-guru pergi tak mengajari

Mengacau pada sepenuh-penuhnya otak
Harapan menguap
Dia benci tempat itu,
Menyalahkan teropong, memaki jantung, menonjok penglihatan.

Terpaku dalam remang
Mencari pemilik kesalahan.
Nihil ...

Lalu dia bermimpi melihat dua helai skenario,
Halaman 42 ; Neraka yg terlihat seperti Surga
Halaman 84 ; Surga yg terlihat seperti Neraka
tertanda sutradara : Tuhan

----

Sekarang dia paham,
Kaca yang digunakannya dulu untuk meneropong, ternyata tidak buram
Lensa mata hatinya pun telah akurat diputar
Walau telah hati-hati, menggunakan juga mata hati,
Tetap saja ... kita tidak kuasa mengacak skenario-Nya

Semua sudah ada pada tempatnya.
Seperti cemara digunung,
dan kelapa dipantai.

Semua sudah diatur pada waktunya.
Seperti pagi matahari,
dan bulan malam hari.

Manusia didunia, tidak ada yang sempurna.
Surga dan Neraka didunia, begitupun.

Paket paradoks.
Tidak akan ada surga, sebelum merasai neraka.

Namun dia percaya, akan ada surga setelah terlewati neraka.

September 11, 2012

Rockstar

So proud of my Brother, he keeps marking his world with creativity ...

Edho 'Zell' Pratama. My Rockstar.
---

Dikutip dari http://id.omg.yahoo.com/blogs/blog-editor/video-tarian-kuda-gangnam-style-menghebohkan-bundaran-hi.html dan http://www2.tempo.co/read/beritafoto/3375/Karakter-Star-Wars-Flash-Mob-Gangnam-Style-dan-Greenpeace-Ramaikan-Bundaran-HI/3

For download : http://mobile.duoberry.com/mp4link-CZ2hFILMBg4/title/Gangnam-Style-Flashmob-illegal-mob---Happy-Holiday-Indonesia-5

Oppa Gangnam style!

Psy memang patut diacungi jempol. Berkat tarian kudanya di video klip "Gangnam Style", dia berhasil menandatangi kontrak dengan agensi Amerika yang menaungi penyanyi sekelas Mariah Carey, Bon Jovi, Justin Bieber, dan Jennifer Lopez. Para artis Hollywood pun sedang demam tarian kuda Psy ini. Nelly Furtado pun melakukan gerakan kocak ini saat dia tampil di atas panggung.

Popularitas lagu "Gangnam Style" sedang menjamur di banyak negara, tak terkecuali di Indonesia.

Saat car free day pada Minggu (9/9), sekelompok anak muda tampan yang terdiri dari Edho, Zach, Vic, Arap, dan Insu dan menamai diri mereka 'Happy Holiday Indonesia' menyelenggarakan flashmob tarian kuda "Gangnam Style" di Bundaran HI, Jakarta Pusat.

Menggunakan seperangkat speaker besar, lagu "Gangnam Style" dari Psy mulai diperdengarkan. Kelima orang ini berhasil menjadi pusat perhatian. Dengan sedikit trik, Edho dan kawan-kawan sukses mengajak 995 orang untuk mengikuti gerakan tarian kuda ala Psy.

Aksi flash mob Gangnam Style di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (9/9) tersebut mengajak para warga untuk berdansa bersama pada saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor. Aksi ini adalah aksi gila yang kelima bagi group Happy Holiday Indonesia.


---

Let's make simple inspiring moves, and so the sky will full of rockstars.

May 28, 2012

I've been tooo busy lately. I found myself starting to ignore people that care. It's not good.
Someone had made me realized today...

You know who?

A friend who always called me a strange nick name. A friend who usually asking my perception in how to deal with life. Today she reminds me that she had sent an email awhile ago, waiting for my comment or any reply bout the writing. She wanted to learn how to write good, she needed my opinion. She improved herself by listened to me, that having at least one passion in life is important for ourself development.

Now, feeling a bit ashame, I sit down in front of my notebook starring at her email, and damn, it sent since April 27, 2012.

At this point I feel aweful with myself, knowing that one of my passion is giving motivation to others, but I lost this opportunity seeing her grab my advises. She is my project. She is one of my responsibility.

So, I put her writting below, hoping that she still having the passion on it.
My friend dear. Forgive me for forgetting you awhile.

Believe me, that i still have faith.
That one day, i'm the one whose calling you 'Idol' ;)

Love,
Your Idol.


---------

From: rcb_qg@yahoo.com [mailto:rcb_qg@yahoo.com]
Sent: Friday, April 27, 2012 5:28 AM
Subject:

Title : My Wonder Teacher :)

Tanggal 1 Juli 2009, ya, itu pertama kali aku resmi menjadi salah seorang pegawai di salah satu perusahaan bidang jasa terbesar di Indonesia. Dengan bekal ilmu dari sekolah kejuruan di bidang kesehatan dan rasa percaya diri yang besar kumantapkan langkahku untuk memasuki dunia baruku dan kini kumakin menyukainya.  Asuransi, ya Asuransi! Dunia yang  sama sekali tidak kukenal. Aku buta tentang asuransi, mau tak mau memaksaku untuk belajar dan berpikir lebih keras agar aku cepat menguasai pekerjaanku. Dan dengan berjalan berjalannya waktu, kini kumampu bekerja dengan baik walo berapapun dengan target yang ditentukan.

Namun, kecepatan dan ketepatanku beradaptasi dalam bersosialisasi tidak semulus pekerjaanku. Ego dan watakku yang mudah tersinggung dan keras seringkali menghambatku berkembang. Ya, aku mudah tersinggung kalau temanku mengajakku bercanda tentang kehidupan pribadiku. Dan aku paling tidak pandai menutupi kekesalan hatiku. Mungkin bagi mereka itu hal biasa, tapi bagiku cerita hidupku bukan bahan lelucon apalagi topik pembicaraan bergaul sehari-hari.
Pengalaman hidupku mungkin tidak seberat ato sebanyak orang-orang sukses yang sudah kubaca kisahnya, tapi problema dalam keluargaku cukup membuat perubahan besar terhadap karakterku. Aku tipe orang yang tidak suka diatur, apalagi diperintah. Cukup sekali saja katakan tugasku dan akan kulakukan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Aku memang tergolong orang yang keras baik dalam pendirian maupun sikap, dan ternyata tak selalu membawa keberuntungan, tidak di dalam bergaul.

Aku muak ketika mendengar hampir semua orang yang kukenal dekat memiliki hobby yang nyaris sama yaitu 'gosip'. Suatu hobby yang sangat jelek, pikirku. Bahkan Ibuku saja kumarahi ketika sudah mulai membicarakan si A, si B, si C. Lebih baik aku menggerutu saja dalam hati kalo bertemu dengan orang yang tidak sepaham denganku. Tapi ternyata semakin hari aku menjadi 'sama' dengan mereka. Aku juga jadi suka 'gosip'!! Baahh!!.. Ini salah.. Sungguh Salah!! Butuh waktu 2 tahun untuk 'berontak'. Lama bener ya????!!!!

Dalam hati aku berdoa, 'Tuhan, bagaimana cara mengembalikan hatiku yang dulu?'

Selang beberapa waktu, saat aku sedang membuka akun 'fb'ku, aku mendapati sebuah nama yang cukup familiar. 'Hemm..
Cewe cakep, pinter, modis dan terkenal cuek di kantor', hatiku bergumam. Dan yang selalu mengejutkanku dengan prestasi-prestasi besarnya. Mulai dari penerbitan buku perdananya yang bertajuk motivasi dan pengalaman hidup sampai ajang pemilihan 'Star' di kantor, dan masih banyak lagi aktivitasnya yang tak ku ketahui yang pastinya membanggakan. Pertanyaan pertama timbul dalam hati, 'siapa' dia?

Pernah sekali waktu saat aku masih terjaga dalam jam-jam yang seharusnya manusia tidur, aku sengaja membaca note  terbaru tulisannya. Gilaa!! Tulisannya keren banget!! Tidak hanya sekali, satu persatu akhirnya aku membaca semua tulisannya yang ada di notes fb. Semuanya keren, dengan gaya bahasa yang 'casual' semuanya terasa begitu nyata, menyentuh hati, kadang 'menampar' sisi lain kehidupanku dan meninggalkan banyak tanya. Darimana dia dapet ide untuk menulis tulisan sebanyak ini? (Heran).

Kemudian timbul pertanyaan kedua, 'bagaimana ya caranya supaya bisa dekat dengan dia'? (Kayak lagi naksir cowo aja). Hehehe..  Satu hal yang kuingat kusuka darinya dan kurasa karena itu ku 'cocok', dia tidak suka gosip, apalagi gosip yang tidak bermutu. Kuingat dulu,  dia pernah diajak bergosip oleh temennya, tanpa sengaja aku mendengar percakapan mereka, karena kami duduk saling membelakangi, dan suara mereka juga cukup jelas. Begini katanya: 'Gw mah kalo ngomongin orang diomelin sama suami gw, udah sebagus apa diri loe sampe harus ngomongin orang, apalagi kejelekannya'. Anjrriittt.. Keren amat nih. Satu banding seribu itu mah. Sejak saat itu aku mulai sering memperhatikannya. Eits, jangan salah paham, memperhatikan bagaimana caranya bisa sukses seperti diiaaaa..

Strategi pertama untuk menarik perhatian Idol adalah dengan memberinya perhatian (asiikk), aku memulai dari memberi komentar dalam beberapa 'postingan status' di fbnya. Ato hanya menunjukkan jempolku pada tombol 'like'. Yaahh yang penting dia tau bahwa aku ada. Akhirnya, ketika dia tour ke Eropa, dengan iseng aku memberi komen dan minta dibawakan oleh-oleh. Padahal sumpaahhh, itu cuma biar bisa komen doing. Tapi dia menanggapinya dengan serius, dan singkatnya aku dapet oleh-oleehhhhh, aku merasa special karena di bagian aku, cuma aku yang dikasih oleh-oleh, dan mereka semua heran. Kenapa aku bisa dapet oleh-oleh?! Tuhan benar benar membuka jalan menuju perubahanku, dia minta pin bb ( untung udah punya ) hehehe...

Sambil berdoa dalam hati (berharap dibales) aku mulai mengirimnya bbm. Dan gayung pun bersambut, hari lepas hari aku semakin percaya diri untuk curhat. Bukan hal yang mudah bagiku untuk curhat kepada orang yang baru aku kenal. Tapi, entah mengapa dengan tanpa syarat aku sangat percaya akan kerahasiaan 'curhat'ku kepadanya.  Tapi aku lebih sering curhat lewat bbm daripada bertatap muka, karena aku merasa kecil dihadapannya. Tatapannya matanya bukan tanpa arti, dia pasti sedang menganalisa isi hati, pikiranku dan menimbang kejujuran ceritaku. Aku bisa merasakan hal itu, walaupun itu tidak masalah bagiku, namun untuk sekarang lebih baik curhat melalui bbm aja. Semua kuceritakan padanya mulai dari hal pribadi sampai ke kerjaan dan atau sebaliknya. Aku merasa nyaman.. Bahkan sangat nyaman.. Aku merasa bebas menumpahkan isi hatiku baik pengalaman buruk atao sebaliknya, tanpa merasa dihakimi, digurui, apalagi di pojokkan. Dia cuma bilang, semua pasti ada alasannya. Tapi seharusnya pengalaman membawa kita kearah yang lebih baik dan positif. Dan harus bisa!!! Alamaakkk... Sekali lagi kena deehhh... Bagaimana tidak?? Usiaku sudah tidak bisa dikatakan masa remaja lagi, tapi bentuk kedewasaan yang kumiliki cuma..... (Merenung sejenak). Ngga adaaaaaa..  Dalam hati aku teriakk..

Pelan-pelan Idol membangun kembali semangat itu. Semangat ingin maju, ingin sukses, semangat ingin berprestasi. Dan tak cuma itu, secara sadar atau tidak, menurutku dia 'sedang membentuk' kembali karakterku selalu 'meledak-ledak' dalam segala situasi. Aku termasuk orang yang periang, tapi sekaligus juga pemarah. Tak jarang mengeluarkan kata-kata yang amat sangat menyakitkan kalau ada orang yang suka mengkritik tentang hal yang ga penting  karena  itulah salah satu bentuk 'self defence'ku. Ajaibnya, Idol tak pernah menyalahkanku ato membuatku merasa aku memiliki karakter yang salah. Sebaliknya, Idol selalu mengatakan, 'kamu tuh unik, dan keunikannya harus dibawa ke hal yang postif'. Setiap karakter ato sifat itu semuanya baik, hanya saja perlu latihan untuk mengasahnya menjadi sesuatu yang besar. Itu yang selalu dia katakan.

Idol adalah sosok wanita luar biasa yang tangguh. Hebat deh.. Banyak prestasi yang telah diukirnya, tapi itu tak pernah mengurangi hasratnya untuk terus belajar.
Aku kagum dengan caranya menguasai kehidupannya, menaklukan banyak hal-hal kecil yang membuatnya menjadi besar. Aku beruntung aku telah memilih 'mind consultant' yang luar biasa dan bangga bisa menjadi anak didiknya. Dan aku sangat bersyukur dia 'menyelamatkan'ku dan membangun kembali semangat untuk meraih dan menggenggam semua impianku yang sudah 2 tahun ini kukubur dalam-dalam. Terima kasih Idolku, jasamu tiada taraaa....

Aku tidak bisa menggambarkan dengan kata-kata semua tentang semangat, hasrat untuk sukses tentang Idol, tapi aku merasakan kuat bahwa dengan bimbingannya pasti cita-citaku akan tercapai...


May 15, 2012

Petunjuk

Samar
Pudar
Tak pendar

Kucari cahaya
Terangi jalan
Sesinar saja

Tiada
Tiada
Tiada

Lurus atau kiri?

Keduanya tiada cahaya kepastian
Hanya lumpur
Kerikil
Dan, ilusi

Lurus atau kanan?

Sama gelap
Pekat
Suram
Sendat

Jalan saja
Bergerak
Lewati persimpangan persimpangan itu

Acuh
Matikan pertanyaan pertanyaan

Jauhkan ragu
Lurus

Hanya 2
Pemilik
Petunjuk diri

Hati,
Dan, sosok itu.

Hati ini, lebih terang dari cahaya jalan hidup.
Sosok itu, lebih kuat dari eksistensi keraguan.

---
May, 7-14th 2012


April 29, 2012

my fave comments about Sleepless Dreams book ;

Yudhiana - a House wife
Cerita 'Rasa Kehilangan dan Kehilangan Rasa', aku bangeeett.

Vincent Tuwadi - Gramedia Publishers
Khusus cerita 'Bab Yang Terlupa' harus dibikin novelnya segera. Saya tunggu.

Juliana Moa - Product Specialist
Di setiap cerpen di buku ini, bonus puisi dan quote nya seakan gandengan.
Yang 'One Morning on a Free Way', gimana cara bisa dpt inspirasi nya?

Teddy P Utomo - a Director
Design cover dan judul buku Sleepless Dreams unik dan universal. Multi-tafsir.

Lina - Accounting Head
Sekali buka buku Sleepless Dreams, gak bisa berhenti baca sebelum abis.
Anak buah yang gw pinjemin langsung jd terinspirasi bikin buku juga. Buku kedua harus lebih tebel ya.

@dinimp - MarComm staff - a Blogger
Baru saja menyelesaikan Sleepless Dreams. Nice!

@ryannorthman - Book Reader
It was not only the wrote at this cool book, the cover was also cool.

Nuk Indratto - an Employee
Bukunya bagus, tapi gw suka nya yang 'Karaktermu Aku Suka', 'Kutunggu Paraf Tuhan' sama 'Past and Future' aja gitu. Kapan buku kedua nya nih?

@my_yolanda - A Head Hunter
Congrats ya untuk launching buku Sleepless Dreams, aku pre order 20 pcs untuk temen2ku.

Samanta Felia - not really a fan of books
Asli, buku Sleepless Dreams keren, bukan model cerita cinta abg.
Buat yang gak terlalu suka baca, ceritanya masuk. Quote-quote nya gw copy yaa.

Christia - Marketing
Puisi-puisinya bikin bete, terlalu kena di gue. Bawaanya jadi kepengen curhat sama penulisnya.

Esty Triana - Out of the Box Writer, a Designer
Puisi  'Bintang Hitam', 'Dia Tau' dan cerpen 'Novel Dewasa' jadi favorit gw. Kaya makna.

Irawan Santoso - CEO
Prosa 'Semua Semu' di buku Sleepless Dreams mirip makna tulisan legenda Tao.
Next book, Grammar English nya kalo bisa di edit yang lebih rapih.

Teddy Prasetya Yuliawan - NLP Founder, author of  The Art of Happiness book
Aneth, wow bakat nulisnya.
Selamat untuk buku pertama Sleepless Dreams, keep write in English ya, i like it.

Francisca Mulia, Training Dept. Head
Aneth, gak sangka... Kapan bagi waktunya sih sampai bisa nulis dan terbitin buku Sleepless Dreams?

Suheri - Author buku 'Jangan cuma Bermimpi', a Motivator
Aneth selamat untuk buku Sleepless Dreams, kamu luar biasa.

Gunawan S. Salim - a Director
Aneth, saya ada project buku tentang leadership, saya mau kamu sebagai penulisnya.

Annisa Ahmad - a Working Mother
Aneth, sedih baca cerita-cerita di bukunya, tapi sekaligus bangga melihat Aneth tumbuh mengejar banyak mimpi seperti sekarang.

Bagus Parintosa - Enterpreuner
I'm warning people to don't ever read this book if you aren't prepare to get soul enlightening, mind blowing experience, and see the world in much better point of view.

Karina Putri - a DJ
Buku Sleepless Dreams gw bawa kemanapun. Udah gw jadiin kamus kehidupan.

Gama Yogotomo - a Client, HR Head
Biasanya yg saya tau writer bukan marketer, unik nih jago nulis jago jualan asuransi juga.

Fiend Armi - an Analyst
Belum sempet-sempet baca buku Sleepless Dreams :( adaaaa aja yang pinjem di rumah. Beredar dan ilang-ilangan terus..

Secret Admirer - no info
Terus terang nge fan sama buku Sleepless Dreams karena duluan nge fan sama penulisnya aja. Smart, tough, naughty and, sexy. Full of unique thoughts.

Krist Ade - Poetry Creator
Aneth, 'Mimpi-mimpimu, akan jadi nyata'. Titik.


----
These people don't know how much they boosting me up by their words.
What can i say more? Thank's a lot.

April 3, 2012

Mahalnya Harga sebuah Masa Lalu

Halo my readers...

Kamu percaya setiap titik kesalahan beserta komponen-komponennya, justru membawa kita menuju kebaikan?

Saya sangat percaya.

Tuhan biarkan kita pernah berbuat kesalahan fatal karena Dia memiliki rencana dibalik kejadian itu. Dia memberikan cobaan teramat pahit agar kita memiliki memori dalam terhadap kepedihan itu, belum lagi dampak yang memencar dari kesalahan yang kita sumberkan kepada orang-orang sekeliling yang kita kasihi. Orang tua, saudara, anak, ikut merasa tersayat.
Bahkan sampai akhirnya mereka harus 'menjaga' kita disetiap langkah hidup kita didepan, demi tidak terulangi nya kembali masa suram yang kita sebabkan.

Kebebasan memilih jalan hidup didepan terpasung, kepercayaan diri dan orang-orang terkasih melayang pergi, harga diri terpotong dengan paksa, mimpi buruk dan rasa trauma tak henti menghantui, label kebodohan dan durhaka menempel ketat, tak terperikan bayangan sayup suara tangis orang-orang terkasih terdengar menyilet hati.

Separah itulah, harga sebuah kesalahan masa lalu yang tidak bisa kita balikkan lagi.

Siapapun diposisi sumber pembuat kesedihan, meskipun (sekali lagi, meskipun) tidak ada niat sedikit pun kesengajaan untuk menyakiti hati orang-orang terkasih, tetap akan sulit dan berat meminta kesempatan untuk memperbaiki diri. Apalagi kesempatan memperbaiki diri itu ternyata harus melakukan setengah perjalanan yang sama dengan kesalahan sebelumnya. Berat.

Dimana kesempatan kedua sudah dianggap salah sebelumnya karena kemiripan proses awal yang dijalani di kesalahan pertama. Sudah di bentengi sebelum dimulai. Wajar saja memang, layaknya seorang pembalap yang pernah terluka sampai hampir cacat di musim pertama disebabkan kondisi kendaraan yang dikemudikan nya tdk berfungsi baik, mengikuti arena balap kembali musim kedua kalinya dengan menggunakan kendaraan yang sama merk nya dengan musim balap pertama. Sang pembalap tidak mengganti merk kendaraan balapnya, dia yakin bahwa kecelakaan parah sebelumnya telah membuatnya menganalisa part-part mobil yang telah membuatnya cacat itu dgn rinci, untuk kemudian menghadirkan perbaikan-perbaikan detail disetiap inchi sang mobil.
Dia pun yakin sebelum mengendarainya, bahwa segalanya harus sempurna sebab jika tidak, nyawa taruhannya.
Mengapa sih pembalap itu tidak mau mengganti unit dengan brand lain?
Jawabannya ; 'Yakin? Dengan mengganti kendaraan akan menjamin tidak ada celaka lagi?' 

Ya. Mengganti kendaraan tidak menjamin sang pembalap tidak akan lagi mengalami kecelakaan sampai cacat atau bahkan mati. Dia mengerti bahwa masa lalu saat dia celaka itu, dengan kendaraan apapun dia gunakan, sudah ditakdirkan celaka.

Untuk apa? Untuk memberinya pelajaran berharga yang dijadikan bekal untuk masa depan.

Tidak ada sampai detik ini yang bisa menjamin sejengkalpun momen masa datang. Kita hanya bisa membekali masa depan dengan memori masa lalu, perubahan sikap positif dan persiapan yang rinci. 

Bayangkan jika kita tau apa yang akan terjadi esok, tidak akan ada manusia yang melakukan kesalahan. Tidak akan ada satupun yang perlu meminta maaf, tidak akan ada manusia yang perlu belajar dari kesalahan, tidak akan ada yang memperbaiki diri, tidak akan ada kesedihan, dan tidak akan berarti lagi rasa sebuah kebahagiaan, jika tidak pernah tau rasanya kesedihan.

Percayalah, kesalahan itu harus ada, kesalahan itu harus terjadi, dan kesalahan harus dialami setiap orang didunia ini. Sehingga kita akan selalu bisa memaknai tingginya arti sebuah kebenaran, dan bernilainya arti masa depan.

Semakin mahalnya harga menebus sebuah kesalahan, semakin tinggi pula kualitas dalam diri kita dalam menghadapi setiap cobaan didepan sana.

Mahalnya harga masa lalu yang dibayar, harus sebanding dengan tingginya kualitas diri yang dimiliki.


---
Kesalahan adalah kesempatan utk memperbaiki sikap yang telah menjadikannya salah arah.
Jangan hanya bersedih, turutkanlah rasa bersyukur (Mario Teguh)

March 15, 2012

Single is Simple #question

A friend asked me last night, 'Would someone's life become simple by being single?'

I can only answer with a question  philosophicly, 'Do we need someone to make us feeling complete?'

The Yes and the No, neither of them is wrong.

If the purposes of our life is having a simple life in definitions is without arguing bout things and also without having bad feelings if we don't share everything in mind.
Yes, being single is a wise idea.

Because, we will never living without arguing while we live with someone. N e v e r.

It would take years to really really close to know our partner. Not to mention the relationships quality and distance took places as main requirements.

A friend of mine, has lived with her ex hubby for almost 10 years as a couple in the same house. But the ex just found out that she publishing a book. He didn't know what the hell of his ex wife's passion these 10 years. After separated he just got surprised. And the sentence 'I'm the one who knows everything bout you' became touch down.

A guy I've known just told me, that he didn't realize and couldn't even remember why he could fall in love with his ex wife 9 years ago while these days he wrote on his wall head that his ex is the most enemy on earth. They only in marriage for 1 year after dating for 7 years before it.

Each person is unique. An answer of a question 'who am I' is 'a collection of our memories'. And the memories of every person are different.

The simple minded friends, can not reach the goal of having (what they called) simple life if they're not being single, even living with our twin would be complicating. Even living with someone who is deaf and blind, is not simple. There always be conflicts.

It depends on how we manage our ego, by not making simple the both minds, but by making simple the way we communicate our own minds, not by arguing but by discussing, not by yelling but by talking. Not by keep silence, but by comprimizing.

Silence is the signal of a dangerous relationships, don't be happy of the quietness. Maybe we can feel undisturbable and simple, but it drags you to a ravine of separation.

Every human has his own purposes in life, and if we believe that there has to be another human who help us to reach our purposes and dreams, so choose someone whose worth to be by your side and, dont forget to accept all the consequences of being together.

If we need to SHARE our bests in life, why living single?

If we believe that life is nothing but GIVING, why living simple?


'Don't think simple. Act simple.'
Albert Einstein