April 3, 2012

Mahalnya Harga sebuah Masa Lalu

Halo my readers...

Kamu percaya setiap titik kesalahan beserta komponen-komponennya, justru membawa kita menuju kebaikan?

Saya sangat percaya.

Tuhan biarkan kita pernah berbuat kesalahan fatal karena Dia memiliki rencana dibalik kejadian itu. Dia memberikan cobaan teramat pahit agar kita memiliki memori dalam terhadap kepedihan itu, belum lagi dampak yang memencar dari kesalahan yang kita sumberkan kepada orang-orang sekeliling yang kita kasihi. Orang tua, saudara, anak, ikut merasa tersayat.
Bahkan sampai akhirnya mereka harus 'menjaga' kita disetiap langkah hidup kita didepan, demi tidak terulangi nya kembali masa suram yang kita sebabkan.

Kebebasan memilih jalan hidup didepan terpasung, kepercayaan diri dan orang-orang terkasih melayang pergi, harga diri terpotong dengan paksa, mimpi buruk dan rasa trauma tak henti menghantui, label kebodohan dan durhaka menempel ketat, tak terperikan bayangan sayup suara tangis orang-orang terkasih terdengar menyilet hati.

Separah itulah, harga sebuah kesalahan masa lalu yang tidak bisa kita balikkan lagi.

Siapapun diposisi sumber pembuat kesedihan, meskipun (sekali lagi, meskipun) tidak ada niat sedikit pun kesengajaan untuk menyakiti hati orang-orang terkasih, tetap akan sulit dan berat meminta kesempatan untuk memperbaiki diri. Apalagi kesempatan memperbaiki diri itu ternyata harus melakukan setengah perjalanan yang sama dengan kesalahan sebelumnya. Berat.

Dimana kesempatan kedua sudah dianggap salah sebelumnya karena kemiripan proses awal yang dijalani di kesalahan pertama. Sudah di bentengi sebelum dimulai. Wajar saja memang, layaknya seorang pembalap yang pernah terluka sampai hampir cacat di musim pertama disebabkan kondisi kendaraan yang dikemudikan nya tdk berfungsi baik, mengikuti arena balap kembali musim kedua kalinya dengan menggunakan kendaraan yang sama merk nya dengan musim balap pertama. Sang pembalap tidak mengganti merk kendaraan balapnya, dia yakin bahwa kecelakaan parah sebelumnya telah membuatnya menganalisa part-part mobil yang telah membuatnya cacat itu dgn rinci, untuk kemudian menghadirkan perbaikan-perbaikan detail disetiap inchi sang mobil.
Dia pun yakin sebelum mengendarainya, bahwa segalanya harus sempurna sebab jika tidak, nyawa taruhannya.
Mengapa sih pembalap itu tidak mau mengganti unit dengan brand lain?
Jawabannya ; 'Yakin? Dengan mengganti kendaraan akan menjamin tidak ada celaka lagi?' 

Ya. Mengganti kendaraan tidak menjamin sang pembalap tidak akan lagi mengalami kecelakaan sampai cacat atau bahkan mati. Dia mengerti bahwa masa lalu saat dia celaka itu, dengan kendaraan apapun dia gunakan, sudah ditakdirkan celaka.

Untuk apa? Untuk memberinya pelajaran berharga yang dijadikan bekal untuk masa depan.

Tidak ada sampai detik ini yang bisa menjamin sejengkalpun momen masa datang. Kita hanya bisa membekali masa depan dengan memori masa lalu, perubahan sikap positif dan persiapan yang rinci. 

Bayangkan jika kita tau apa yang akan terjadi esok, tidak akan ada manusia yang melakukan kesalahan. Tidak akan ada satupun yang perlu meminta maaf, tidak akan ada manusia yang perlu belajar dari kesalahan, tidak akan ada yang memperbaiki diri, tidak akan ada kesedihan, dan tidak akan berarti lagi rasa sebuah kebahagiaan, jika tidak pernah tau rasanya kesedihan.

Percayalah, kesalahan itu harus ada, kesalahan itu harus terjadi, dan kesalahan harus dialami setiap orang didunia ini. Sehingga kita akan selalu bisa memaknai tingginya arti sebuah kebenaran, dan bernilainya arti masa depan.

Semakin mahalnya harga menebus sebuah kesalahan, semakin tinggi pula kualitas dalam diri kita dalam menghadapi setiap cobaan didepan sana.

Mahalnya harga masa lalu yang dibayar, harus sebanding dengan tingginya kualitas diri yang dimiliki.


---
Kesalahan adalah kesempatan utk memperbaiki sikap yang telah menjadikannya salah arah.
Jangan hanya bersedih, turutkanlah rasa bersyukur (Mario Teguh)

No comments: