August 30, 2011

Konsultasi Hati (part 3)

Jumat Ke-3

"Apa menurut pendapat Ibu ttg perempuan mandiri?" tanya Rena kpd Weby pagi itu.

Segala hal yg Weby pelajari ttg menjadi seorang Konsultan seakan hilang dari kepalanya. Biasanya 70% waktu konsultasi Weby dipakai utk mendengarkan pasiennya, sisanya adalah berbicara. Namun ini kebalikannya. Biasanya Weby hanya menggunakan kata2 ; mengapa demikian? apa perasaan anda sekarang? sudah berapa lama anda merasakannya? Lalu pasiennya akan terus berbicara melanjutkan ceritanya.
Namun, kali ini Weby tdk dpt mempertanyakan masalah yg dialami Rena, belum.

Sambil memikirkan strategi agar berhasil mendapatkan cerita2 'sakit' Rena, Weby pun menjawab pertanyaan2 Rena. "Mandiri menurutku sifat yg positif, tp utk perempuan, sifat mandiri bs jd berbalik negatif. Tidak semua aspek kehidupan 'ramah' dgn kemandirian perempuan. Laki2 misalnya, menyukai perempuan mandiri, tapi tdk utk mandiri terhadap laki2 tsb. Ibu rasa kamu cukup cerdas utk memahami hal itu. Dan satu lagi, pernikahan jg tdk bersahabat dgn perempuan mandiri. Banyak pernikahan pasienku gagal krn kemandirian perempuan" tutur Weby.

"Jadi, saran ibu apa kalau aku dan pasanganku ingin bahagia dan tdk gagal selamanya. Aku trmsk perempuan mandiri. Sangat mandiri." lanjut Rena. Weby tersenyum, ia senang akhirnya Rena mulai terbuka dgn masalahnya. Kemudian Weby menjawab, "Ada pe er buat kalian berdua, terutama kamu Rena. Paksa dirimu membutuhkan pasanganmu selalu, meskipun kamu bs melakukan hal-hal sendiri. Jangan biasakan diri tanpa kehadiran atau dukungan dia, meskipun kamu sdg kecewa padanya".

Rena tersenyum sinis, "Pintar sekali Ibu menjawabnya, apa sudah pernah Ibu praktekkan sendiri?" tanyanya tiba2. Weby terkejut mendengar pertanyaan tajam Rena. "Apa maksudmu?" balas Weby, dengan tidak senang.

"Ibu pasti mengerti nasihat2 yg selalu Ibu jual kepada pasien2 Ibu bukan? Kenapa tdk Ibu jual ke diri sendiri? Kenapa Ibu bangga terlalu mandiri dan tidak butuh siapapun? Kenapa Ibu meninggalkan lelaki yg Ibu butuhkan? Kenapa Ibu selalu pergi setiap ada lelaki yg ingin mencopot jiwa mandiri Ibu? Kenapa?" cecar Rena.

"Yg sakit jiwa diantara kita siapa Bu sebenarnya?! Asal anda tau, ayah saya lumpuh sejak ditinggal anda, Bu! Ibu bawa pergi juga anaknya, adik tiriku! Karena anda, aku tdk hidup normal, tdk punya Ibu dan ayah normal, tdk punya siapa2!" airmata Rena mulai meluap, mengiringi kata2 yg berebut keluar dari bibirnya.

Sambil beranjak berdiri dari duduknya, Rena berkata dgn suara tegas dan tenang "Ibu Weby, anda boleh saja sempurna dan terhormat bagi semua orang. Tapi bagi saya, Ibu hanyalah wanita yg sibuk mencari makna bahagia yg tdk pernah Ibu rasa. Banggalah terus dengan kemandirian yg luar biasa. Terima kasih Bu. Selamat pagi". Tanpa menunggu respon dari Weby, Rena pergi meninggalkan wanita itu yg terpaku layaknya batu. Tubuh, jiwa dan otak tidak bergerak, hanya jantungnya yg berdetak menghentak.

Sepertinya, sang wanita terhormat itu sedang dikuliti jubah kesempurnaannya, secara paksa.

(bersambung)

August 20, 2011

Konsultasi Hati (part 2)

Versi Rena :

Aku tidak suka perempuan didepanku. Terkesan anggun, matang, bijaksana, bahagia dan sempurna sbg wanita. Seperti yg ku dapati dari wacana2 berita di internet saat aku browsing. Aku baca semua buku2 dan artikelnya 3 bulan belakangan ini. Pemikirannya unik, melihat masalah dari sisi yg tdk terlihat. Pantas saja byk yg membutuhkannya. Namun aku tau yg tdk diketahui byk 'penggemar'nya. Perempuan ini pintar menyembunyikan jati diri sesungguhnya.

Pertemuan pertama minggu lalu dia berusaha menanyakan asal usul ku, aku menjawab sekenanya. Aku malah balik bertanya ttg pendapatnya thd berbagai hal. Dia menjawab tepat seperti apa yg sudah kutebak, aku sudah menyelami karakter dan ciri khas pemikirannya dari buku2 nya. Dari isi artikel2nya di majalah ataupun koran. Kurasa tdk ada yg bs menandingi kejelian analisa ku terhadap sosok ini.

Hari ini kedua kalinya aku datang ke ruang konsultasinya, aku memang membuat nya bersedia meluangkan waktu 2 jam setiap jumat. Aku punya misi tertentu dengan berpura2 menjadi pasiennya, aku ingin mengajarkan sesuatu padanya. Dendamku segera akan terbayar. Aku akan menyadarkannya bahwa dia telah pernah melakukan kesalahan besar. Bahwa dia, membuatku tdk memiliki seorang Ibu.

(bersambung)

August 10, 2011

Konsultasi Hati (part 1)

Versi Weby :

Aku suka perempuan ini. Kelihatan muda, easy going, mandiri, badung, ke-laki-lakian, namun pemikir berat dan super sensitif. Paradoks adalah kata yg cukup tepat utk menggambarkan kerumitan pola pikirnya. Profilnya mirip anakku, usianya juga sepantar 30 thn. Renatha adalah pasien baru ku yang kali kedua datang ke ruangan ini.

Unik, tidak seperti pasien lain ku yang biasanya berkonsultasi mengenai persoalan rumah tangganya. Rena malah datang dan menyampaikan keinginannya utk belajar dan diskusi mengenai segala hal denganku. Aku ingat ucapannya ketika dia datang pertama kali minggu lalu. “Ibu Weby, saya ingin belajar dan sharing pemikiran ttg segala hal. Saya sudah baca semua buku dan artikel Ibu, saya tau Ibu tidak punya banyak waktu, tapi jika Ibu mau, anggap saja saya pasien Ibu yg akan datang 2 jam setiap Jumat pagi mulai hari ini”.

Pertemuan pertama berlangsung seru, tidak ada tangis atau luapan emosi seperti jam-jam yang biasanya aku lalui dgn pasien lain. Rena banyak bertanya ttg pola pikir aku thd hal-hal yg dialaminya. Pertanyaan-pertanyaannya tajam dan to the point, persis seperti menginterogasi tersangka korupsi. Itu yang aku suka, bikin otak ku bergerak lincah mencerna maksud dibalik pertanyaan-pertanyaan Rena. Setelah 2 jam berlalu, kesimpulan hari pertama yang aku dapat : Perempuan ini sakit. Tapi tidak akan pernah bisa terima dianggap sakit. Aku putuskan utk membantunya dengan mengikuti ‘permainannya’.

(bersambung)