December 23, 2011

Karaktermu, Aku Suka.



Manusia memang diciptakan berbeda. Kebanyakan orang bilang, ilmu terbaik didapat dari bangku sekolah, sebagian lagi keukeh, bahwa ilmu itu asalnya harus dari rumah. Namun, baru dia yang kasi tau saya bahwa orang-orang yang justru ‘special’, adalah orang yang punya ilmu bukan dari sekolahan, juga bukan dari rumah, melainkan ilmu yang dipungut satu persatu dari jalanan, jalanan hidup antara sekolah-sekolah dengan rumah-rumah. Terima kasih teman, kamu memotivasi saya.

“Pokoknya Neth, sampai detik ini aku belum pasti apa pilihanku, bener-bener keputusan yang berat. Kamu tau kan, tawaran itu sangat ideal buatku” ucapnya pelan mengakhiri rentetan cerita tentang perasaan galaunya terhadap dua opsi yang baru muncul dalam hidupnya. Kali ini wajahnya muram, tidak seperti biasanya yang aku lihat di sosok polos agak-terkesan-culun-dan-lucu ini. Aku sebenarnya maklum, dia sedang berfikir keras 1 bulan belakangan ini, pilihan antara tetap ditempat yang nyaman atau maju ke depan dengan tantangan baru adalah sesuatu yang pantas dipikirkan matang-matang, belum lagi dia harus memikirkan warisan atasannya yang telah resign lebih dulu, tanggung jawab penting itu sekarang berada dipundaknya.

Namun, bukan hanya dia yang aku tau ditawarkan posisi menggiurkan di perusahaan lain, tapi kok ya cuma dia yang pikirannya ‘rempong’. “Orang lain sih kalau jadi kamu dah gak pake mikir kale… langsung capcus! Hehhehe… Dasar freak!” ledekku mencoba menggoyahkan kesetiaannya. Aku punya misi khusus dengan ledekan-ledekanku, sengaja aku gempur dia dengan ocehan-ocehan agar dia pada akhirnya nanti benar-benar firm dengan pilihan finalnya. Semua ocehanku diawali dengan kata-kata ‘what if’, ‘what if’. Aku ingin dia punya tabungan konsekuensi terhadap apapun pilihannya nanti. Mauku, dia harus tau segala kemungkinan penyesalan-penyesalan yang bisa saja menghampirinya setelah memilih, baik itu konsekuensi pindah, keluar, ataupun memilih tinggal. Sehabis melongo mendengar ocehan-ocehanku, dia berkata “Aku janji sama mereka Neth, besok aku udah harus dapat keputusannya. Aku kabarin kamu besok.” janjinya padaku sambil ngeloyor pergi begitu saja. Tetap dengan galaunya.

Dalam hatiku yakin, dia tidak seperti karyawan kebanyakan, dia tidak gampang terbawa arus, konsisten, sayang teman-teman dan anak buahnya. Cukup banyak kejadian dan momen-momen aku potret dari sosoknya yang to the cu, to the lun (baca:culun) itu. Misalnya saja, dia tidak peduli keceriaan teman-teman lainnya yang asik foto-foto saat sang tour guide menjelaskan tempat-tempat bersejarah di luar negeri, dia asik nyatet! Buset! Kemudian, setelah capek seharian jalan, bisa-bisanya dia setiap masuk kamar hotel gak pake lepas sepatu langsung buka tas belanjaannya dan cocokin dengan daftar puluhan nama-nama yang dia akan oleh-olehi, berjam-jam, begitu setiap hari selama aku sekamar dengannya. Beli oleh-oleh buat sendiri pun tidak. Disiplin yang keblinger menurutku. Tapi yang aku benar-benar salut adalah setiap malam sekitar pukul sembilan, dia selalu buka 1 buku yang sama dan berkomat-kamit, aku tidak paham apa yang dibacanya (Alkitab mungkin ya?), tapi asli…, konsentrasi fuuull, dia tidak peduli mau aku lagi cekikikan kenceng di hp pun, lagi nyanyi-nyanyi ngikutin musik di channel MTV pun, lagi mondar-mandir dikamar cuma pakai handuk pun, dia ngelirik juga tidakkkk… Bener-bener perempuan yang punya prinsip dan tidak suka ikut arus negatif bukan? Hehehe, High Persistence!

Anehnya juga, dialah yang selalu ingin sekamar denganku setiap dikirim pergi keluar negeri hadiah program penghargaan dari perusahaan yang diadakan setiap tahun. Sehancur-hancurnya kelakuan sahabatnya ini, dia tetap cinta loh. Nah, wajarlah jika aku berasumsi, (hehe maaf) sejelek-jeleknya dia punya suami, dia akan tetep setia, sejelek-jeleknya AAB (hehe maaf lagi), aku yakin dia tetep tidak akan meninggalkan AAB. Titik.

Besok paginya, bbm ku bersin. Kutengok, dia nge-ping. Sebelum sempat kubalas, teksnya sudah masuk lagi. Isinya ;
Dia       : Aneth, aku stay
Aku      : Asikkk
Aku      : Boleh tau alasannya?
Dia       : Jangan GR, bukan karena kamu.
Aku      : Karena apa?
Dia       : Hati Nurani.
 ‘Abilities may put you at the Top,
But it needs strong characters to keep you Up there’