November 22, 2011

Please don't call me Poison

Akhirnya tiba waktu weby bertemu ayah bunda Raja, dua hari lalu untuk pertama kalinya, keduanya memanggil weby utk datang. Dan, hari ini Weby duduk dihadapan dua manusia baya yang ia kagumi walau tidak pernah ia temui sebelumnya, sangat weby hormati walau hanya mengenal profil mereka dari mulut Raja. Ketegasan mereka utk melarang Raja berhubungan dgn Weby, pun merupakan keputusan yg wajar dan sangat weby pahami. Mereka yakin bahwa weby bukan wanita yang tepat untuk Raja. Bahwa weby adalah perempuan yg kembali dipilih 'salah' oleh Raja, perempuan yg jg akan membuat mereka dan Raja kembali merasakan sakit seperti dulu. Rasa sakit menahun yg bahkan sampai saat ini belum bisa pulih mereka rasakan.

Terduduk tanpa kata, weby merasakan jantungnya berdegup, belum pernah weby merasakan hatinya sekecil saat ini. Weby tdk berani sedikitpun melirik Raja yg jg berada di ruangan bersamanya. Sejujurnya, sampai kapanpun Weby tdk merasa pernah siap menghadapi situasi seperti ini, tdk bersalah namun sudah seperti perempuan yg divonis bersalah akibat 'pekerjaan' manusia lain sebelumnya. Larangan berhubungan antara weby dan Raja yg telah berjalan hampir dua tahun belakangan ini, tanpa sadar telah menjelma, melekat dan kadang menjadikan weby perempuan yg menilai dirinya sendiri kecil dan rendah, merasa seperti racun keluarga Raja yg tdk seharusnya ada, merasa lahir dari rahim yg salah, besar dan hidup di kota yg salah, punya masa lalu yg salah, dan memiliki hati yg jatuh cinta pada lelaki yg salah, yaitu Raja, anak lelaki satu-satunya mereka, yg telah memutuskan sendiri utk menikahi weby bulan depan, dengan segala resiko apapun yg akan terjadi.

Namun, inilah saatnya weby harus mengakhiri kelelahan mental yg dirasakan selama ini. Kelelahan weby yg selalu berusaha mengajak Raja utk menyerah, kelelahan memerangi kesedihan krn tdk punya kekuatan utk memundurkan waktu ke masa weby blm bertemu Raja, kelelahan utk selalu berdoa agar Tuhan melenyapkan saja rasa indah yg dimiliki Raja dan weby, kelelahan menyesali bahwa weby tdk lahir dari rahim seorang ibu bersuku dan beragama yg sama dgn Raja, kelelahan bertanya mengapa Raja harus mengalami masa lalu yg pahit dan membekas dihati orangtuanya.

Weby melihat bibir ayah raja bergerak2 mengucapkan kalimat2 yang sudah sering weby bayangkan di alam pikirannya. Hampir setiap kata yg keluar dari bibir beliau bisa weby ikuti layaknya sebuah film yg telah weby tonton berulang2. Weby tau ayah Raja akan berkalimat seperti ucapan2 yg weby dengar hari ini.

Suara ayah terdengar bijak dan pelan. 'Weby, terima kasih sudah datang bertemu kami. Namun maaf, saya sebagai ayah Raja tetap tidak dapat menyetujui Raja menikahi kamu. Itu sudah keputusan kami, jika kalian tetap menikah, silahkan Raja keluar dari keluarga kami. Namun jika kami bisa meminta bantuan kamu kali ini, tinggalkan anak saya dan pilihlah pria lain untuk masa depan kamu. Tolong hormati permintaan ini'.

Terdengar kepiluan yg teramat dalam terselip di suara bariton ayah Raja. Semua terdiam, Weby tertunduk. Permintaan yg sangat tidak bisa ditolak weby. 'Andai saja semua semudah itu, ayah, pasti sudah aku lakukan sejak dulu sekali' bisik weby sedih dalam hatinya.

Terlihat Raja beranjak dari duduknya, meraih tangan weby dan berniat membawa weby keluar dari ruangan itu. Namun weby tidak bergeming, dia menatap Raja seakan meminta agar Raja tidak membawa nya pergi dulu. Raja memandang weby dengan tatapan khawatir, namun ia berangsur duduk kembali. Weby telah beritikad datang ke tempat itu utk pergi dengan membawa hasil. Setidaknya mengantongi hasil jalan tengah yg baik. Weby tau persis, kalimat2 ayah Raja tidak akan merubah keputusan Raja utk menikahi weby. Raja akan tetap dengan tekad nya keluar dari keluarga nya dengan terpaksa, dan itu akan kembali menghasilkan sakit luar biasa bagi ayah terlebih ibunya, lebih sakit dari rasa yg pernah ditoreh oleh pengalaman pahit Raja sebelumnya. Weby tidak ingin seperti itu, dan sudah jelas pula bahwa Raja pun akan merasakan sakit bahwa harus memilih satu diantara dua hal yg paling penting baginya. Weby yakin Raja pun tidak terlalu bahagia dengan keputusannya meninggalkan mereka. Orangtua yg luar biasa berperan bagi hidupnya dan telah dilukainya sejak bertahun-tahun lalu.

Weby memulai rangkaian kalimatnya dengan kata 'Terima kasih, ayah ibu'. Suaranya terdengar parau namun tatapan matanya memancarkan keyakinan, bahwa inilah satu-satunya kesempatan pertama dan terakhir utk melakukan hal yg selama ini ingin weby lakukan.

'Saya menghargai permintaan ayah, mengerti kekhawatiran ayah bahwa Raja tidak akan bahagia jika menikahi saya. Paham atas ketakutan bahwa saya akan juga menyakiti Raja. Rasanya setiap ayah yg saya kenal pun akan melakukan hal yg sama. Menjauhkan anak dari luka adalah tugas setiap orang tua. Karenanya, saya yakin ayah melakukan ini krn luar biasa sayang dgn Raja. Dalam hal ini, saya benar2 ada dipihak ayah'. Weby menatap Raja sesaat, kemudian kembali berbicara ''Saya janji akan menuruti permintaan ayah, tapi maafkan jika rasanya saya tidak sanggup menuruti semuanya'. 'Maksud kamu?' tanya ayah Raja. 'Karena sayapun sangat tdk ingin Raja pergi dari keluarga ini, saya bersedia menolak menikah dgn Raja bulan depan. Tapi saya tidak mampu meninggalkannya. Ayah bisa saja melarang kami menikah, tapi sungguh, mustahil ayah bisa melarang kami saling menyayangi. Saya tdk mau blg iya sekarang lalu mengingkarinya nanti. Untuk itu, mohon kasih kesempatan saya bahagiakan Raja satu tahun lagi saja. Ijinkan kami bahagia sebentar saja, terima kami berhubungan secara terbuka, setelah itu jika tahun depan ayah ibu masih berfikiran yg sama seperti hari ini, saya akan mundur dan pergi selamanya dari Raja'

'Apa boleh, ayah, ibu? Karena sungguh saya tidak ingin pergi dari tempat ini dengan hasil yg saling menyakiti. Saya tdk ingin Raja menikah tanpa kehadiran ayah ibu, saya pun tidak ingin nantinya ayah ibu kehilangan cucu sekali lg. Saya yakin saat ini, kita berempat dalam ruang ini, menginginkan hal baik yg sama'.

Ayah tidak berkata-kata, wajahnya muram namun terpancar sedikit kelegaan bahwa hari ini tidak berakhir dengan duka dan kebencian seperti dugaan dia sebelumnya. Terlihat ibu Raja menahan tangisnya, weby mendekat dan mencium punggung tangan ibu. Ibu Raja memeluk weby erat dan mengangguk pelan dalam dekapan weby.

'Ayah ibu, terima kasih, ayah ibu akan lihat, saya janji tdk menuruti Raja menikahi saya dan janji akan membahagiakan Raja setahun lagi saja, terima kasih ayah ibu, atas kebaikan hati dan kesempatannya'.

Suasana hening beberapa saat. Saling disibuki dengan pikiran dikepala masing-masing. Weby melihat Raja sedang tertegun. Kemudian Weby berdiri dan meraih tangan Raja, mereka berdua berjalan meninggalkan ruangan dengan pikiran penuh harap, penuh dgn mimpi bahwa tidak sampai tahun depan, Raja dan Weby akan duduk kembali diruangan itu bersama ayah dan ibunya, dengan topik dan atmosfir yang jauh berbeda dari hari ini.

Raja memeluk weby saat mereka sudah berada didalam mobil. Weby berbisik lembut ditelinga kanan Raja 'Sabar ya... Let's show them our love the whole year.'
Raja tersenyum dan berkata haru 'U know Web, somehow I'm sure, before next year... that they will be the one who ask me to marry you...'

Weby melepas pelukannya, menatap Raja dan mengulurkan tangan utk bersalaman, kemudian tersenyum berkata 'Hello, I'm your doctor, I hv lots of medicines for you n family. So, what's your name, patient?'

(to be continued next year)

1 comment: