Okay, ive been thru a lot worse. Seharusnya itu sudah cukup untuk membuatku lebih kuat. Seharusnya itu lebih dari cukup bahkan untuk membuatku tidak harus bereaksi apa-apa. I stoned my heart, and nothing could break me apart. Not after what happened.
I can’t hardly think about what I have to think. Aku ingin membiarkan semuanya berlalu dan meresapi nya begitu saja. Seperti yang pernah aku lakukan dulu saat aku harus menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan.
Im not trying to say kalau hidupku adalah segitu parahnya, dan segitu dewasa dan bijaknya aku dalam menghadapi semua yang terjadi dalam hidup. Sungguh, bahkan pun seperti itu aku tidak menyumpah siapapun, apapun, untuk telah mencekat tenggorokanku kuat-kuat.
Mungkin letih untuk merintih, mungkin lelah untuk pura-pura tabah.
Namun aku tau tidak ada gunanya untuk menyesali semua, apapun, apapun yang harus terjadi dalam lingkaran ini. Hidup, dengan segala intrik, mestinya memang lebih indah dan berwarna jika kita mampu memaknai dengan sebaiknya. Menarik nafas dan mencoba ikhlas, lalu memfokuskan diri ke setiap inci dari perjalanan ini berikutnya.
Dan bahkan saat aku harus menulis tulisan ini, aku tidak sedang berusaha membangun kerangka apapun. Tidak kerangka untuk orang lain. Terlalu banyak orang yang mampu berpikir buruk mengenai orang lain tanpa tahu substansi dari setiap pikiran tersebut adalah menjebak. Aku tidak ingin menjadi bagian dari halusinasi itu dan menjadi manusia yang tidak belajar.
Kalaupun ada kerangka yang harus aku buat, aku akan simpan semua untuk amunisi berikutnya.
Jalan ini masih panjang, diam mematung dan terus menoleh ke belakang hanya membuat leher sakit. Terimakasih Tuhan yang menciptakan mata manusia di bagian depan, aku amini dengan menutupnya sesaat, menarik nafas panjang, kemudian meleburnya dengan segala yang dirasakan hati.
Lalu membuka mata, memandangi indah di depan. Dan menyunggingkan senyum. Tulus seperti Nya.
----
From A friend's note

No comments:
Post a Comment