February 29, 2012

Bukan Mimpi Biasa

Diawali dari khayalan suatu malam

Menyentuh relung hati
Memenuhi pikiran
Memotivasi jiwa
Menggeraki raga

Sejak berani mengandung mimpi
Tiba-tiba semua mengarah ke cahaya
Jalan-jalan terbentang menganga
Pintu-pintu kesempatan membuka

Kemudian, mimpi itu bukan mimpi lagi
Bukan hanya tatapan kosong menerawang
Bukan hanya remasan gemas buku-buku jari
Bukan hanya tarikan nafas panjang yang bervolume kemustahilan

Mata ini sekarang selalu mencari
Jari ini pun terus menari
Nafas pun ikut berlari

Tidak sempat lagi hanya berdiam
Mahluk yang bernama mimpi itu telah lahir.
Janin itu sudah mem-bayi


Siap mengisi dunia
Memberi nyawa,
Pada mimpi-mimpi baru

February 28, 2012

How to Win

Sugar Ray Leonard believes, only 3 Steps needed tobe a Winner ;

You have to KNOW you can Win
You have to THINK you can Win
You have to FEEL you can Win

Know,
Think,
Feel.

Then,
You will Win.
No doubt.

February 20, 2012

"Naik Kelas Yuk!"

Orang bijak bilang ;
'Keabadian yang abadi adalah ketidak abadian'.

Sebab hidup ini tidak abadi, maka apa kita akan buang waktu dan berdiam diri tanpa menjadikan diri yang terbaik yang kita bisa?

Pasrah dan Ikhlas, dua kata yang berbeda sekali. Betul artinya mirip, yaitu adalah berserah pada yang kuasa, tapi jika dikaji lebih lanjut maknanya, ternyata pengaruh dari dua kegiatan tersebut bertolak belakang.

Pembedanya ada pada time frame pelaksanaan kedua kegiatan tersebut.
Pasrah adalah berserah sejak awal, merasa pasrah dengan keadaan yang (alasan pembelaannya nih) seakan2 sudah suratan takdir yang telah digariskan Tuhan. Jika sudah bertemu kondisi yang sulit maka kita malas berusaha dan mencari jalan keluar. 'Sudahlah, mungkin memang takdir saya' begitu biasanya kita berucap.
Dan kemudian membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa ada perubahan apapun untuk memperbaiki keadaan sulit yang kita miliki. Menyerah dengan keadaan logikanya berarti meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada loh. Karena sebenarnya Tuhan tidak akan tinggal diam jika kita berupaya yang terbaik, setidaknya pasti akan terjadi pergeseran nasib dibanding kita pasrah saja.

Mario Teguh juga pernah berkata ; 'Kalah adalah hal yang sementara. Menyerah yang menjadikan kekalahan itu permanen'.

Beda dengan Ikhlas. Kita hidup selalu punya hak untuk melakukan perbaikan diri, punya hak untuk selalu memilih tidak menerima nasib buruk, punya hak untuk bangkit dan berusaha. Yang kita tidak punyai hak adalah menuntut hasil upaya tersebut, tidak berhak untuk selalu benar dengan ramalan hasil akhir. Berserah terhadap hasil dari segala usaha yang kita usahakan adalah inti dari ke ikhlasan. Ikhlas terhadap hasil akhir, bukan pasrah terhadap kondisi awal. Itulah pembeda 2 kata-kata berserah tersebut. Akhir, dan Awal.

Kenapa kita tidak disarankan memikirkan hasil akhir, tidak terikat dengan hasil akhir, dan ikhlas terhadap keputusan masa depan? Karena saat kita sedang berusaha melakukan kegiatan memperbaiki diri dan keadaan, kita menjadi fokus dengan hanya kegiatan mulia tersebut, tidak peduli apapun hasil akhirnya nanti. Yakin saja bahwa apapun yang kita lakukan pada saat pikiran, perasaan dan energi kita terfokus pada saat ini, maka niscaya hasilnya akan baik.

Jadi, mau pasrah sekarang, atau ikhlas nanti? 

Pasrah sekarang dan menyerah? Itu namanya tidak naik kelas karena malas masuk 'sekolahan' nya hidup. Mau kasih nilai di raport jg bingung 'guru'nya hehehe...

Usaha dan hasil akhirnya tetap tidak sesuai? Itu baru namanya belum lulus tapi setidaknya sudah pengalaman belajar di'sekolahan' hidup. Walau merah nilai nya, yang penting tidak kosong kan itu raport :)


February 13, 2012

The Amazing U

Good morning my readers,

How r U feelin today?
Mellow to the low?
Stranded to the dead?

Here's some ideas;
Stand up, grab a mirror, smile and say 'I am A-M-A-Z-ing!'

Still have a cloud in head? listen to 'I Speak No Americano' pump up song as Ur mind backsound :)

Repeat this also in mind;
There is none of a person who can judge who U r.
There is no one outside U who can take control Ur emotion.
There is no one who can make U sad without Ur permition.

I'm not requesting U to be some kinda stubborn or deaf (in other cruel word).
But, if someone in a way makes U far from positive and productive reactions, just take a deep inhale thus exhale, no need to reaction at the first place.
Freeze them, both Ur physical (mouth) and Ur mind (anger).

You better leave that person awhile from Ur sight.
Find something which can make U cool down.
Spare sometime to gather positive thoughts,
then analyze and pick the best of those.

After the clouds blew away, get back to the source and let's start our reaction firmly.

Then, clarify the SEX step ;
Share what U feel
Explain what U want
Xplore what U thought

I believe that SEX will clear up the mess,
But if not, at least U already in the right way of communication.
And, it means that person doesn't have one vision with U,
and doesn't know how an extraordinary person U r.

Don't waste time to choose another next step;
Stay and build up,
Or
Leave and move on.

Hope this post would remind U, that U r amazing.
Cos, U f r!


----
Ps :
U = you
r = are
f = ... well, I'm sure U know that f word ;P

February 3, 2012

Let Your Feelings Be Your Guide

In every moment that you are awake or conscious, you are literally radiating a signal, not so different from a radio signal, and the Universe accepts that signal as your point of attraction.

Every moment that you are conscious or awake, you are literally pulsing an electronic vibration, and the entire Universe is accepting that electronic vibration as your point of attraction and is matching it with other things that are like it.


Your job is to start monitoring your feelings so you really know what is joy, and what is appreciation, what is love and what is sadness, what is anxiety, what is frustration, what is anger.                


When you can detect subtle shifts in your feelings, you will be able to do subtle adjustments in your vibration which will bring you the ability to follow your bliss

As you begin to play with your emotions, or be aware of the way you feel, when you pay attention to the way that you feel, what you are going to notice is ... your emotions let you know, your emotions are your guidance system, that let you know how you are vibrating.                       

And it is so important to understand that, because when you know how you are vibrating, then you understand why it is that you are attracting what you are getting.

Abraham-Hicks

February 1, 2012

Managing Habits

Lets Play a Game...

Kategori Sifat Positif;
Baik
Alim
Royal
Supel
Rajin
Ramah

Kategori Sifat Negatif;
Manja
Malas
Marah
Pelit
Malu
Bawel
Galak
Bandel

Setuju kan kita pasti lebih senang bergaul sama orang-orang yg punya sifat kategori yg diatas dari pada kategori di bawah :) . Enggak banget deh gaul dan jadi orang yang termasuk kategori yang dibawah. Enggak nyangkal juga bahwa kalau seseorang itu bisa dicap Royal, pasti karena enggak pernah Pelit kan.


Sekarang
Tambahkan kata 'terlalu' di depan setiap sifat pada Kategori Sifat Positif
Terlalu Baik
Terlalu Alim
Terlalu Royal
Terlalu Supel
Terlalu Rajin
Terlalu Ramah

Dan,
Tambahkan kata 'cukup' di depan setiap sifat pada Group Sifat Negatif
Cukup Manja
Cukup Malas
Cukup Marah
Cukup Pelit
Cukup Malu
Cukup Bawel
Cukup Galak
Cukup Bandel


Uniknya, setelah ditambahin kata terlalu dan kata cukup didepan sifat-sifat diatas, kategori-kategorinya bisa berubah terbalik ya :). Yang tadinya masuk kategori positif bisa berubah jadi masuk ke kategori negatif, dan yang tadinya masuk sifat negatif, bisa pindah haluan ke kategori sifat positif.

Setelah diperhatikan, beberapa teman yang pernah 'curhat' soal penyebab putusnya pertemanan atau pernikahan mereka malah karena dia itu memiliki sifat-sifat yang kita setujui masuk kategori sifat positif diatas tadi. Misalnya "Kata Dewi dia enggak tahan lagi sama sifatku yang terlalu royal kepada siapapun, kita jadi enggak pernah punya tabungan masa depan" keluh seorang teman tentang istrinya. Atau "Dulu Mike kagum sama saya karena saya rajin, tapi sekarang Mike bilang saya saking rajinnya bekerja di kantor, jadi lupa sama dia dan anak" cerita seorang teman perempuan.

Ternyata yaa... kalau sifat-sifat positif itu dilakukan terus menerus tanpa diatur porsinya, bisa menimbulkan prahara dan merusak relationships. Kalau udah dengar curhat-curhat macam itu saya cuma bisa ngajak rubah mindset, bahwa semua sifat itu baik. Bahkan yang sebelumnya masuk dalam kategori sifat negatif tadi, itu semua sifat yang positif. Untuk menganalisa dan menjawab teman-teman yang curhat diatas tadi, saya membekali diri dengan banyak bertanya ke teman-teman yang punya hubungan asik dengan sahabat maupun pasangannya masing-masing.
Pertanyaan saya ke mereka sederhana "Apa sih yang bikin kamu suka dan langgeng sama dia?".
Kebanyakan mereka menjawab ;
"Enggak tau ya Neth, aku ngerasa dianggap super aja sama si Rini. Ditengah sifatnya yang sangat mandiri itu, dia sering manja ke aku. Dan bawelnya itu ngangenin. Jarang-jarang tapi pas" jawab teman saya sambil nyengir.
"Wah, aku suka banget sama sifat Rian yang supel dan ramah sama siapapun, walaupun sesekali dia galak dan jutek minta ampun. Uniklah pokoknya!'"kata Rika antusias.

Ada cerita lain juga, rekan saya yang mostly galak dan sering marah baru pindah rumah disuatu kompleks perumahan, baru beberapa hari bermukim disana bersama istri dan 2 anaknya, tiba-tiba tetangga sebelah menegur nya karena merasa bangunan rumah rekan saya itu terlalu tinggi dan tetangga tersebut merasa sangat dirugikan. Merasa terbukti bahwa rekan saya telah meminta ijin kepada kepala warga setempat dan sesuai juga dengan IMB nya, ia merasa sangat tersinggung dan marah. Apalagi protes tetangganya itu disampaikan ketika rumah telah selesai dibangun. Ketika dia sebenarnya punya hak untuk menegur balik tetangganya, dia berfikir dan mengatur emosinya untuk memprediksi apa yang akan terjadi kedepannya bila dia melampiaskan marahnya. Dia mem'peta'kan pikirannya sebelum bertindak, memprediksi bahwa hari-hari kedepan nanti akan merugikan rekan saya terpampang bagai film; permusuhan dengan tetangga sebelah rumah akan menyebabkan perasaan yang tidak nyaman, anak-anaknya tidak akan bisa main bebas dengan anak-anak tetangganya tersebut, istrinya tidak akan bisa sharing dengan istri tetangganya. Banyak ruginya daripada untungnya. Untungnya hanya sesaat, yaitu pelampiasan amarah, kepuasan emosi diri. Selebihnya? Nol keuntungan.
Rekan saya itu memutuskan untuk meredam marah dan malah merespon teguran keras tetangganya itu dengan suara sangat sopan bervolume rendah sehingga marah tetangganya tidak berlangsung lama. Keesokan harinya rekan saya bersama istri dan anak-anak berkunjung ke tetangga sebelah tersebut, membawa makanan dan banyak bertanya bagaimana caranya merendahkan bangunan rumahnya yang menurut tetangganya itu terlalu tinggi. Merasa dirinya dihargai dan dihormati dengan pertanyaan-pertanyaan rekan saya, sang tetangga itu pun memutuskan untuk menerima dengan baik kondisi bangunan rumah rekan saya tersebut. "Yaah, walaupun rumah kami jadi kurang sinar mataharinya, buat you... it's oklah" ujar sang tetangga.

Semua sifat itu tidak dalam kategori-kategori positif atau negatif. Tidak bisa digolongkan karena menurut saya semua sifat itu tidak memiliki 'sifat', alias tidak bersifat baik atau buruk. Tinggal bagaimana kita memanage-nya dengan porsi-porsi yang sesuai. Jangan karena notabene sifat ramah itu baik dan ingin dicap ramah, maka seseorang itu berusaha untuk tidak pernah marah padahal marah itu perlu agar kita dihargai dan kemudian dari dihargai orang lain itu berpengaruh terhadap kegiatan dan masa depan kita.

Intinya, milikilah semua sifat yang kita kenal di dunia ini, tambahkan 'bermanfaat' dibelakang setiap sifat-sifat kita. Artinya kita telah dengan bijak mengatur sifat-sifat kita tersebut agar memberi manfaat kepada sipemilik sifat maupun setiap orang yang berinteraksi dengan kita. Prioritaskan keluarga inti dahulu yang menerima manfaat dari semua sifat kita, minta koreksi pada proses belajar memanage sifat-sifat kita. Jangan menyalahkan siapapun yang memiliki sifat yang tidak sesuai, mungkin itu karena ia belum belajar memakainya secara 'cukup' bijak sesuai porsi. Kalau habis baca ini teman-teman jadi mulai belajar managing habits, makasih bangettt hehehe. Tujuan saya lumayan tercapai deh ya.

Cobalah jadi individu yang bahkan orang lain pun tidak bisa menstempel jidat kita dengan cap apapun, karena semua sifat kita punyaaaaaa hehehe ... mandiri, manja, rajin, malas, berani, takut, malu, pede, supel, penyendiri, pemarah, ramah, alim, bandel dan sebagainya. Niscaya (caelaaa), kita makin disukai dan disayang banyak orang.

Percaya gak? :)

January 26, 2012

Cuts of Glory

A Diamond was cutted countlessly to emerge its true beauty & shine.
It gains the highest score in human perspective, even though a diamond is a thing.
But sometimes, it does appreciated more than humans.
As charm and symbol of power & proud.

Marble is also a thing, but it simply squares, was only cutted in few. Perhaps that's why they belong at underneath of humans, as pads. Choosing to be as a diamond or a Marble, is like choosing what you wanna be in life.

Choose your existence in this life, wisely.
If being a diamond is possible, why only being a marble?
Why choose ordinary, if being glory is possible?

Let's celebrate life, as a DIAMOND.










Collaborated. 2012012.

January 23, 2012

Have A Mark

The greatest days in our life are ;
The day when we were born,
And the day when we know why we were born.

Let's create a MARK in this life. Now.

January 20, 2012

2012012

Heart is like music
When the beat feels so right,
we found singing and dancing with it.

Captured. Naturally.

January 17, 2012

Sanguin, Melankolis, Korelis dan Phlegmatis

Tiap saat kita berhadapan dengan bermacam-macam situasi. Terutama ketika berhubungan dengan orang lain.

Sebagai pemimpin, mengertikah kita bagaimana cara `membakar’ motivasi para pegawai kita? Sebagai ibu, kita sering bingung nggak habis pikir plus pusing oleh watak keras kepala anak-anak kita?! Tak jarang pula, sebagai suami kita terus-terusan bertengkar sama istri yang padahal juga kita sayangi dan cintai?Adakah `zat kimia’ tertentu atau pola tertentu yang mempengaruhi sifat, sikap dan reaksi kita dan merasa dalam menghadapi berbagai situasi… sehingga kita bisa lebih berdamai dan mengerti mengapa semua reaksi itu terjadi? Bukankah akan lebih nikmat hidup ini kalau kita satu sama lain saling memahami?

Florence Litteur, penulis buku terlaris “Personality Plus” menguraikan, ada empat pola watak dasar manusia. Kalau saja semua sudah kita pahami, kita akan sangat terbantu sekali dalam berhubungan dengan orang lain.Kita akan jadi mengerti mengapa suami kita tiba-tiba marah sekali ketika meja kerjanya yang berantakan kita atur rapi. Kita juga akan mudah memahami mengapa pegawai kita gampang sekali berjanji… dan hebatnya dengan mudah pula ia melupakannya, “Oh ya, saya lupa”katanya sambil tertawa santai. Kita juga akan mudah mengerti mengapa istri kita nggak mau dengar sedikitpun pendapat kita, tak mau kalah,cenderung mempertahankan diri, selalu merasa benar dengan pendapatnya dan makin sengit bertengkar kalau kita mau coba-coba untuk mengalahkannya.

Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis, “Yang Populer”. Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senangsekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.

Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.

Lain lagi dengan tipe kedua, golongan melankolis, “Yang Sempurna”. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankolis cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.

Orang melankolis selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli’ tak `kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankolis’ anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.

Ketiga, manusia Koleris, “Yang Kuat”. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa sajaia `suruh’ melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy’ itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orangberusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban’ karakternya yang suka `ngatur’ dan tak mau kalah itu.

Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua”. Karena itu mereka sangat “goal oriented”,tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.

Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis “Cinta Damai”. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.

Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah parapendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.

Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan”. Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, andaharus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.

Mencoba Mengerti Orang Lain

Nah, sekarang anda masuk golongan mana? Coba amati istri, suami atau anak-anak anda, mereka golongan apa? Jangan-jangan anda sekarang mulai mengerti mengapa suami-istri-anak-rekan anda bertingkahlaku “seperti itu” selama ini. Dan anda pun akan tertawa sendiri mengingat-ingat berbagai perilaku dan kejadian selama ini.

Ya, tapi apakah persis begitu? Tentu saja tidak. Florence Litteur, berdasarkan penelitiannya bertahun-tahun telah melihat bahwa ternyata keempat watak itu pada dasarnya juga dimiliki setiap orang. Yang beda hanyalah `kadar’nya. Oleh sebab itu muncullah beberapa kombinasi watak manusia.

Ada orang yang tergolong Koleris Sanguinis. Artinya kedua watak itu dominan sekali dalam mempengaruhi cara kerja dan pola hubungannya dengan orang lain. Di sekitar kita banyak sekali orang-orang koleris sanguinis ini. Ia suka mengatur-atur orang, tapi juga senang bicara (dan mudah juga jadi pelupa).

Ada pula golongan Koleris Melankolik. Mungkin anda akan kurang suka bergaul dengan dia. Bicaranya dingin, kalem, baku, suka mengatur, tak mau kalah dan terasa kadang menyakitkan (walaupun sebetulnya iatak bermaksud begitu). Setiap jawaban anda selalu ia kejar sampai mendalam. Sehingga kadang serasa diintrogasi, sebab memang ia ingin sempurna, tahu secara lengkap dan agak dingin. Menghadapi orang koleris melankolik, anda harus fahami saja sifatnya yang memang `begitu’ dan tingkatkan kesabaran anda. Yang penting sekarang anda tahu, bahwa ia sebetulnya juga baik, namun tampak di permukaan kadang kurang simpatik, itu saja.

Lain lagi dengan kaum Phlegmatis Melankolik. Pembawaannya diam, tenang, tapi ingat… semua yang anda katakan, akan ia pikirkan, ia analisa. Lalu saat mengambil keputusan pastilah keputusannya berdasarkan perenungan yang mendalam dan ia pikirkan matang-matang.

Banyak lagi tentunya kombinasi-kombinasi yang ada pada tiap manusia. Akan tetapi yang penting adalah bagaimana memanfaatkannya dalam berbagai aktivitas hidup kita. Jika suami istri saling mengerti sifat dan watak ini, mereka akan cenderung berusaha `memaafkan’ pasangannya. Lalu berusaha untuk menyikapinya secara bijaksana.

Begitu pula saat menerima calon pegawai. Untuk bidang-bidang yang membutuhkan tingkat ketelitian dan keteraturan yang tinggi, jauh lebih baik anda tempatkan orang-orang yang melankolik sempurna. Sedang di bagian promosi, iklan, resepsionis, MC, humas, wiraniaga, tentu jauh lebih tepat anda tempatkan orang-orang sanguinis. Lalu jangan posisikan orang-orang phlegmatis di bagian penagihan ataupun penjualan. Hasilnya pasti akan amat mengecewakan.

Begitulah, manusia memang amat beragam. Muncul sedikit tanda tanya, diantara semua watak itu, mana yang paling baik? Jawabannya, menurut Florence, tak ada yang paling baik. Semuanya baik. Tanpa orangsanguinis, dunia ini akan terasa sepi. Tanpa orang melankoli, mungkin tak ada kemajuan di bidang riset, keilmuan dan budaya. Tanpa kaum koleris, dunia ini akan berantakan tanpa arah dan tujuan. Tanpa sang phlegmatis, tiada orang bijak yang mampu mendamaikan dunia.

Yang penting bukan mana yang terbaik. Sebab kita semua bisa mengasah keterampilan kita berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill). Seorang yang ahli dalam berurusan dengan orang lain, ia akan mudah beradaptasi dengan berbagai watak itu. Ia tahu bagaimana menghadapi sifat pelupa dan watak acaknya kaum sanguinis, misalnya dengan memintanya untuk selalu buat rencana dan memintanya melakukansegera. Ia jago memanas-manasi (menantang) potensi orang koleris mencapai goal-nya, atau `membakar’ sang phlegmatis agar segera bertindak saat itu juga.”Inilah seninya”, kata Florence “dalam berinteraksi dengan orang lain”. Tentu saja awalnya adalah, “Anda dulu yang harus berubah”.

Belajarlah jadi pengamat tingkah laku manusia… (lalu tertawalah)!

---
Dari berbagai sumber.